Kamulah Takdirku-Part 3

45K 4.3K 135
                                    

"Hargai selagi belum pergi."

-Kamulah Takdirku-

🍃🍃🍃

Aku menarik napas lalu menghembuskannya, melakukan berulang kali agar aku merasa lebih tenang. Dengan perasaan yang sedikit lebih baik, aku beranjak lalu melangkah ke luar. Sepertinya aku harus memasak untuk sarapan, tidak mungkin aku membiarkan suamiku kelaparan.

Aku teringat, abi pernah marah pada umi tetapi itu tidak lama hanya beberapa menit. Abi akan luluh jika umi membujuknya, umi paling tahu cara meredakan amarah abi. Waktu itu, umi memasak makanan kesukaan abi, makanan sederhana yang dimasak dengan penuh cinta dan setelah itu abi tidak marah lagi pada umi. Mungkin saja, kisahku akan sama dengan kisah kedua orangtuaku. Tidak salahkan jika aku mencoba?

Di dapur, ku lihat sudah ada Bik Imah di sana. Seperti yang aku tahu, beliau adalah Asisten Rumah Tangga di sini.

"Assalammualaikum, selamat pagi Bi Imah," sapaku. Mencoba ramah dengan memberikan senyuman.

Bi Imah menoleh sambil sedikit menunduk, "Waalaikumussalam, iya nyonya..., nyonya ngapain di sini?"

"Mau nyuci baju Bik," candaku sembari terkekeh, membuat Bi Imah ikut terkekeh. "Mau masak buat sarapan lah, apalagi?" lanjutku.

"Maaf nyonya, nyonya tidak perlu memasak. Semua urusan rumah termasuk memasak sudah menjadi tugas saya."

"Ihh gapapa, Killa biasa masak di rumah."

Bi Imah menggeleng. Ia tampak tak nyaman. "Duh gimana ya nyonya. Nanti kalau tuan tau, bibi bisa kena marah."

Aku mengernyit. "Emang Kak Rafka sering marah ke Bibi?"

"Alhamdulillah lima tahun bibi kerja di keluarganya tuan Rafka, bibi gak pernah kena marah."

"Nah kan. Yaudah Killa ikut masak, gak mungkin juga Kak Rafka marah."

Lagi-lagi Bi Imah menggeleng, "Jangan nyonya, ini beda lagi. Nyonya bukan orang lain di rumah ini, nyonya adalah Istrinya Tuan Rafka. Mending nyonya istirahat aja, Bibi bisa mengerjakan semuanya sendiri."

Aku menggeleng sambil tersenyum. "Bibi tenang aja. Kak Rafka gak mungkin marah." Aku mencoba meyakinkan Bi Imah kalau Kak Rafka tidak mungkin marah. Lagi pula, Kak Rafka tidak sepeduli itu padaku. Jangankan hanya memasak, aku keluar dari rumah ini saja sepertinya dia tidak akan marah.

Aku tersenyum menatap Bi Imah yang tampak khawatir, "Tenang aja bik. Mending bibi kerjain yang lain aja, mulai hari ini urusan dapur jadi urusan Killa. Oke?"

Bi Imah mengacungkan jempolnya. "Oke boss!" Aku tertawa begitu juga dengan Bi Imah. "Yaudah nyonya, bibi mau menyapu halaman dulu ya."

Aku mengangguk mengiyakan. Sepeninggalan Bi Imah, aku segera menyiapkan alat dan bahan yang akan aku gunakan untuk memasak. Aku sedikit kewalahan mencari letak alat juga bahan yang lain, karena ini pertama kalinya aku berada di dapur rumah ini. Istri macam apa aku ini, letak alat dan bahan saja tidak aku ketahui.


Pagi ini, aku berniat memasak tumis kangkung dan ayam goreng. Berharap semoga Kak Rafka suka dengan masakanku.

Semuanya aku kerjakan sendiri, membuat tumis kangkung dan ayam goreng, syukurlah Bi Imah sudah memasak nasi. Setelah berkutik cukup lama dengan peralatan masak, kini masakan yang aku buat sudah siap. Tinggal disajikan lalu dinikmati.

Kamulah Takdirku [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang