"Tidak usah terlalu banyak curiga, cukup percaya karena hanya itulah kuncinya."
-Kamulah Takdirku-
🍃🍃🍃
•Bantu tandain kalau ada typo ygy
Aku memasuki mobil dengan kesal, tetapi tidak sampai menutup pintu mobil dengan kasar. Itu bukan aku banget. Aku melirik sekilas ke arah Mas Rafka, suamiku itu malah ketawa-ketawa tidak jelas. Nyebelin banget.
"Ketawa teross."
Merasa disindir, Mas Rafka langsung menghentikan tawanya.
"Maaf sayang. Istriku yang cantik ini kenapa hm? Marah-marah mulu." Mas Rafka berbicara sembari mengelus-elus kepalaku.
Aku diam. Enggan menjawab.
"Sayang..."
"Apa sih?!" jawabku kesal.
Mas Rafka menggeleng, "Jadi ikut ke kantor?"
"Iya mas."
Mas Rafka menghela napas, tidak ada pembicaraan setelahnya. Mobil melaju dengan kecepatan sedang, menembus keramaian jalan Raya ibu kota.
Aku tersenyum kecil, Mas Rafka benar-benar membawaku ke kantornya. Laju mobil berhenti di parkiran mobil tempat biasa mobil Mas Rafka terparkir. Kami segera turun, manisnya suamiku itu ia membukakan pintu mobil untukku kemudian mengulurkan tangannya, sudah seperti pangeran saja.
"Silakan tuan puteri," ujarnya lembut.
Aku tak bisa menahan senyumku, aku menerima uluran tangannya. Kedua pipiku terasa panas, sepertinya wajahku sudah memerah menahan malu. Beberapa pasang mata menatap kami.
"Mas ih malu, diliatin."
"Biarin aja, berarti mata mereka berfungsi. Udah ayo!" Mas Rafka menarik tanganku agar menggandeng tangannya, manis sekali.
Aku mengangguk saja, kami berjalan berdampingan. Tak dapat kusembunyikan kebahagiaanku, para karyawan yang berpapasan menyapaku dengan ramah.
"Selamat pagi, Pak Rafka, Bu Syakilla," sapa Pak Ahmad dengan ramah, bibirnya tersenyum lebar.
Aku dan Mas Rafka membalas senyumannya sambil berkata, "Pagi juga Pak Ahmad."
Sehati, kami serempak mengucapakan itu.
"Ciee dipanggil Bu Syakilla," bisiknya lalu tertawa.
Aku mencubit lengan Mas Rafka, "Nyebelin ih!" ujarku menahan senyuman, suamiku itu suka sekali menggodaku.
Selama perjalanan menuju ruangan Mas Rafka, banyak pasang sorot menatapku heran. Aku masih bingung, apakah mereka belum ada yang tahu bahwa aku istri Mas Rafka? Bukankah mas Rafka pernah mengatakan bahwa aku istrinya pada saat aku berdebat disini?
Aku salah mengartikan tatapan mereka, ternyata mereka menatap kagum ke arahku dan Mas Rafka. Tapi iyakah? Apakah itu tatapan kagum? Entahlah apa arti tatapan mereka yang sebenarnya.
Selain tatapan yang mereka berikan, para karyawan yang ada di kantor ini juga menyapa kami dan tersenyum ramah. Tetapi, tunggu kenapa aku tidak melihat keberadaan Nadira? Bukankah ia adalah sekretarisnya Mas Rafka?
Sampai di ruangan Mas Rafka, aku langsung duduk di sofa, menyenderkan kepalaku pada kepala sofa sambil menatap ke arah Mas Rafka yang sudah mengambil posisi di kursi kerjanya. Suamiku ternyata memang sedang sibuk, lihat saja itu ia langsung berkutat dengan berkas-berkas yang ada di hadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kamulah Takdirku [TAMAT]
Romansa[DIHARAPKAN FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] ⚠️ Dilarang berkomentar dengan kata-kata kasar! ⚠️ Awas Emosi ⚠️ Awas Baper Benci menjadi cinta. Ketika cinta tak terbalas, maka doa lah yang bertindak. Ketika kamu sudah Allah takdirkan untukku...