Sorry for typo(s)
Happy reading!
"Haru..."
Seorang gadis yang sedang melamun di balkon kamarnya langsung menoleh ke sumber suara. Haru memandang orang itu dengan tatapan yang... entahlah.
"Abang belum pulang juga ya?" tanya gadis itu. Haechan hanya menggeleng pasrah.
Gadis berambut coklat se–bahu itu menghela nafas. Kemudian menatap kembali langit yang mendung.
Sejak Renjun pergi kuliah ke Tiongkok, Haru tidak mendapat kabar apa pun dari Si Abang. Setiap di telepon jawaban Renjun selalu 'lagi sibuk'.
"Ayo makan dulu. Tadi pagi kamu belum sarapan, dek," bujuk Haechan.
"Tapi—"
"Ayo makan dulu.. Nanti kita coba telfon dia lagi. Jangan lupa ngumpat ke dia, hehe." Haechan masih membujuk Si Adik. Tidak lupa menarik-narik kedua lengan Haru.
Setelah beberapa menit di bujuk dengan tiga bungkus coklat dan dua eskrim, Haru dan Haechan turun ke lantai satu. Haechan langsung mengambil nasi dan lauk pauk, lalu meletaknya di depan Haru.
"Dek."
"Hm?"
"Ayo dong jangan gini terus. Kamu udah kelas dua belas, dan ini udah semester ke dua," ucap Haechan.
"Ya."
"Dek!"
"Ini udah mau satu tahun Bang Renjun di Tiongkok, Bang! Tiap di tanya kabar, jawabannya sibuk, terus matiin telfon. Adek kangen tau nggak!" Haru mengerucutkan bibirnya.
Tiba–tiba ada seseorang yang menutup kedua mata Haru. Haechan hanya terkekeh melihatnya.
"Pasti ini Nana. Heh! Nggak lucu! Lepasin, Haru mau makan!" serunya.
"Ya udah, sih. Makan aja sambil di tutupin matanya." Haru tersentak. Ini suara yang dia rindukan. Suara yang membuat dirinya 'mogok' makan mulai dari beberapa hari yang lalu. Suara yang membuat dirinya mulai malas menjalankan aktivitas sejak seminggu orang itu pergi.
Tangan itu terlepas dari wajah Haru. Lalu membalikkan tubuh gadis itu menghadapnya. Ia menatap Haru dengan tatapan lembut dan senyum manis.
"Hai," sapanya. Siapa lagi kalau bukan Renjun.
Haru hanya diam. Tidak lupa menunjukkan ekspresi datar.
"Ngapain balik?" ketusnya.
"Tadi katanya kangen. Ya udah sih Abang balik lagi ke sana." Renjun mulai beranjak dari meja makan. Tapi tangannya di tarik kuat oleh Haru.
"Kok nggak bilang-bilang sih mau pulanggg?!!" Haru memukul badan Si Abang se–keras mungkin.
"Aw! —Ya maaf dek! Yang Abang bilang lagi sibuk itu beneran. Dosennya kasih tugas nggak tanggung–tanggung. Jadi nggak sempat ngasih kabar." Renjun membela dirinya. Tidak lupa mengusap kedua tangan Haru, bermaksud menenangkan Haru yang sedang emosi karena dirinya.
"Wah, pembohongan ini! Lo kasih kabar ya ke semuanya. Pengecualian Haru." Kalimat yang di ucap Haechan membuat Haru menatap Renjun dengan kaget.
"Bang Renjun jahat! Nggak kasih kabar ke adek! Bang Renjun jahaaatttt! Huaaaaaaaaaa!" Haru kemudian menangis. Ia sedang sensitif minggu ini. Lagi tanggal merah, harap maklum.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Family | ft. NCT DREAM
Fanfiction[SELESAI] Punya saudara yang banyak kelihatannya menyenangkan. Tapi tidak untuk keluarga yang satu ini. Keseharian yang penuh dengan keributan, kecerewetan, teriakan yang terdengar seperti lumba-lumba, dan sebagainya. Yang mungkin saja bisa memekakk...