Satu

874 33 2
                                    

Baca aja dulu, mungkin kalian suka. Semoga ya💙
Selamat membaca💙

***

"Mimpiin laki-laki itu lagi ya, Lis?" tanya salah satu sahabat terdekatku Ria. Kami sekarang sedang berada di kantin tempat aku dan Ria, sahabatku mengenyam perguruan tinggi. Aku dan Ria memang baru kenal. Tapi, aku percaya padanya dan kami juga cukup dekat, karna itu aku berani menceritakan tentang laki-laki yang ada dalam mimpi ku. Aku bermimpi tentang seorang laki-laki yang tidak aku kenal sama sekali, yang tidak pernah aku temui sebelumnya dimana pun dan kapan pun itu, wajahnya juga begitu asing untuk ku.

Aku bingung, sebenarnya apa arti mimpi ini? Apa dia hanya bunga tidur? Apa dia jodohku? Apa dia sering menyebut nama ku di dalam doa nya? Apa dia kenal denganku? Atau jangan jangan dia ingin berbuat jahat denganku? Huft, memikirkan tentang mimpi ini saja membuatku pusing tujuh keliling.

Ingin sekali rasanya bercerita langsung dengan Ayah dan Abang, tapi sepertinya itu tidak bisa. Karna aku kuliah bukan di kota kelahiran ku, di Palembang. Aku kuliah di Bandung. Ayah dan Abang ku awalnya tidak setuju atas keputusanku ini. Karna aku dirumah terkenal dengan sifat yang manja dan kekanak-kanakkan. Ayah takut aku ga bisa hidup mandiri di kota orang dan ga bisa untuk jaga diri. Malahan Ayah menyuruh Abang tinggal di Bandung menemani ku selama aku kuliah disini.

Tapi, aku langsung menolak nya. Karna, aku ini sudah besar, ingin belajar mandiri. Dan aku ingin membuktikan kepada Ayah dan Abang ku, bahwa Khalisa Azzahra yang terkenal manja dan kekanak-kanakkan ini bisa hidup mandiri di kota orang. Awalnya ragu sih, tapi aku yakin, dengan melibatkan Allah dalam setiap rencana ku pasti Allah akan melindungi dan mempermudah urusan ku setiap saat, kapan pun dan dimana pun itu.

Dan syukurnya setelah aku kuliah di Bandung, aku memiliki dua sahabat yang baik banget. Alhamdulillah.

"Iya, Ri", jawab ku lesu sambil meng-aduk-aduk es teh manis ku yang sedari tadi belum aku minum sama sekali.

"Mimpi yang sama lagi?" tanya Ria yang di jawab ku dengan mengangguk lesu.

"Aku bingung, Ri. Sebenarnya dia siapa sih? Kok muncul terus dalam mimpi ku. Ada rasa takut, gelisah, semuanya, Ri. Semuanya"

"Sabar, Lis. Positif thingking aja, mungkin dia ada niat baik sama kamu, atau mungkin dia jodoh kamu, Lis," ucap Ria sambil mengusap punggungku.

"Ga baik suudzon sama orang. Nanti dosa lho, Lis. Kita juga udah semester akhir, Lis. Jangan banyak pikiran, nanti kamu sakit. Kita kan harus buat skripsi, ngerjain banyak tugas. Lupain sebentar aja tentang mimpi itu. Oke?"

"Ehm, oke deh, Ri. Makasih ya"

"Iya, sama sama. Ke kelas yuk, Lis! Jam kuliah nya udah mau masuk"

"Ya, udah yuk"

"Come on, Lis. Jangan cemberut terus, nanti jodohnya jauh, lho"

"Ih, apaan sih Ri. Ga suka ya digituin"

"Iya iya ga lagi lagi deh. Makanya senyum dong"

Aku langsung menunjukkan senyum terpaksa ku pada Ria.

"Kok kayak kepaksa sih. Yang ikhlas dong. Inget, senyum itu ibadah"

Ku tunjukkan lagi senyum ku. Tapi, kali ini aku senyum sambil menunjukkan deretan gigiku yang rapi dan putih (maaf gaes bukan sombong), dan tentu saja ikhlas. Sangat ikhlas.

"Gitu dong. Ya udah yuk!" ucap Ria, lalu berdiri dari tempat duduk nya dan diikuti dengan aku. Kami menuju ke kelas. Di perjalanan menuju kelas banyak bisik bisik dari kanan, kiri, depan serta belakang.

Kalo yang aku denger mereka itu bilang kurang lebih kayak gini:
"Astaga. Sok alim banget, ya. liat tuh pakaian nya, setiap kuliah pasti pakek dress terus atau ga pakek rok"

Ikhwan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang