Empat Puluh Tujuh

116 9 2
                                    

Halo semua!

Apa kabar?
Semoga semuanya baik-baik aja di hari yang baik ini💙

Selamat Memperingati Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
27 Rajab 1442 H💙

Dan, selamat membaca.

***

"...Ga semua orang akan terima apa yang orang lain ucapkan, dan ga semua orang juga terima apa kekurangan yang dia punya disebutkan oleh orang terdekatnya."

***

Aku dan Kang dokter sekarang sedang duduk di ruang keluarga dengan posisi yang berseberangan.

Saat ini kami ditinggal hanya berdua saja dirumah, dikarenakan Mama dan Papa mertua kemarin lusa pergi keluar kota untuk urusan penting dan tidak memberitahu kapan akan pulang.

Tak banyak yang aku dan Kang dokter bahas. Sampai akhirnya dia kembali mengawali pembicaraan dengan memanggilku.

"Za," panggilnya membuatku kembali menoleh kearahnya. "Mau ikut saya ga?" tawarnya.

"Ikut kemana? Lisa mau diculik ya?" tanyaku dengan polos.

"Lisa ga mudah diculik ya, jangan mentang-mentang kita cuma berdua disini Kang dokter mau culik Lisa gitu aja. Lisa bukan anak kecil yang mudah dirayu."

"Kalo orang mau nyulik kamu juga mikir-mikir, Za," ucap Kang dokter.

"Kenapa harus mikir-mikir? Lisa kan cantik, pinter buat kue, rajin, lucu, pasti banyaklah yang mau culik Lisa," ucapku dengan bangganya.

"Kamu itu emang cantik, pinter buat kue, rajin, lucu. Tapi, kamu juga cerewet, cempreng, ga bisa diem, teriak mulu, mau menang sendiri lagi. Mana mungkin orang mau nyulik kamu,"

"Penculiknya nanti bukannya untung malah buntung kalo nyulik kamu. Karna rugi banyak, mau siapin kamu makan, mau diajak kamu debat."

Ah! Ucapan Kang dokter terlalu jujur. Apa benar aku seburuk itu?

"Itu hinaan buat Lisa atau gimana?" tanyaku serius.

"Ga ada suami yang mau menghina istrinya, Za."

"Saya sama sekali ga menghina kamu, saya hanya bicara apa yang saya rasain selama hampir dua bulan tinggal satu rumah dan satu kamar sama kamu."

"Itu namanya Kang dokter terlalu jujur sama Lisa. Lisa tau kalo jujur itu lebih baik daripada bohong, tapi kejujuran Kang dokter ga harus segitunya juga," protesku. "Kalo boleh ujur nih ya, Lisa tersinggung sama kata-kata Kang dokter barusan."

"Maaf, Za. Saya ga maksud buat kamu tersinggung," ujar Kang dokter terdengar panik.

"Lisa sakit hati tau, Dok. Lisa sedih suami Lisa bilang kayak gitu ke Lisa, Lisa pikir Kang dokter ga akan pernah bilang yang jelek-jelek tentang Lisa secara langsung kayak gini," ujarku lesu seraya menunduk.

Kang dokter berdiri dan berjalan mendekat padaku. "Maaf banget, Za. Saya ga tau kalo kamu semelow ini, saya juga ga tau kalo kamu bisa sesedih ini dengan apa yang saya katakan." Sekarang dia telah duduk didekatku.

"Lisa mau nangis nih gara-gara Kang dokter," kataku dengan posisi yang membelakanginya.

"Jangan nangis Za, kalo kamu nangis nanti saya gimana?" ucapnya. "Saya beliin es krim mau ya? Atau kamu apa? Nanti saya beliin," tawarnya.

Aku berencana untuk membuatnya merasa bersalah karna sudah membuatku tersinggung sekaligus sedih.

Sesekali aku harus mengerjainya seperti ini, aku ingin melihat apa reaksi yang dia berikan setelah tau bahwa aku ingin mengerjainya dan ingin memberitahu bahwa yang dia ucapkan terlalu jujur itu bisa membuat orang lain sakit hati dan sangat tersinggung.

Ikhwan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang