Dua Puluh Tujuh

111 14 0
                                    


"Hallo, assalamu'alaikum," ucapku.

"Wa'alaikumsalam," jawab seseorang dari sebrang sana.

"Siapa Yah?" tanya Abang terdengar dari telpon.

"Lisa," jawab Ayah.

"Speaker Yah,"

"Ayah, Abang, Mbak Khan, Lisa cuma mau bilang, minggu ini Lisa ga bisa pulang ke Palembang,"

Aku menelpon Ayah di minggu pagi yang cerah ini untuk mengabari jika aku tidak bisa pulang ke Palembang.

"Kenapa?" tanya Ayah.

"Soalnya Ria mau nikah jumat ini. Hari ini juga Lisa mau nemenin dia ke butik,"

"Nikah?"

"Iya, Bang,"

"Ga kecepetan Lis?" tanya Mbak Khan.

"Ga tau juga, Mbak. Lisa aja kaget dengernya, Lisa pikir cuma main-main ternyata beneran mau nikah,"

"Ria temen kamu yang waktu itu kesini ya Lis?" tanya Ayah.

"Iya, Yah. Yang cerewet banget itu,"

"Nikah sama siapa dia Lis?" tanya Mbak Khan.

"Sama temennya Mbak Khan,"

"Temen Mbak? Yang mana Lis?" tanya Mbak Khan.

"Ada. Yang waktu itu dateng ke resepsinya Mbak. Yang ngucapin selamat sama Mbak, yang ada aku juga waktu itu. Yang manggilnya dokter. Inget ga Mbak?"

"Yang waktu kamu dan dua sahabat kamu ada disana?"

"Iya,"

"Dokter Bram?"

"Iya. Kayaknya sih," jawabku ragu. "Lisa lupa-lupa-inget namanya. Bram, Bimo, atau Bryan. Intinya gitu deh,"

"Jadi ga bisa pulang ya, Lis?" tanya Ayah.

"Ga bisa, Yah. Nanti sabtu atau minggu setelah Ria nikah, Lisa pulang ke Palembang. Insya Allah," ujarku. "Lisa juga disini sekalian mau ketemu sama klien baru perusahaan Ayah. Itu juga tinggal ketemu, kalo mereka deal sama Lisa, perusaha
an Ayah yang di Bandung bakalan bagus lagi,"

"Oh, yaudah kalo gitu," jawab Ayah.

"Ga nyangka, dek. Kamu bisa ngatasinnya sendirian disana," ujar Abang.

"Lisa kan udah bilang dari awal. Lisa cuma minta dikasih kepercayaan buat majuin perusahaan Ayah disini. Lisa kan udah gede, udah dewasa. Liat, Lisa bisa kan," ujarku. "Lagian, Lisa ga ngerjain sendirian kok. Semua karyawan Ayah bantuin Lisa. Baik-baik lagi orangnya," lanjutku.

"Iya, dek. Kamu udah de-wa-sa. Udah gede," ujar Abang.

"Iya, dong. Lisa juga kayaknya betah tinggal disini,"

"Enak aja kamu bilang betah. Inget pulang dek, rumah kamu di Palembang, bukan di Bandung,"

"Iya, Bang, iya," jawabku.

"Lis," panggil Mbak Khan.

"Kenapa Mbak?"

"Mbak ada kabar gembira buat kamu,"

"Apaan? Kasih tau Mbak cepetan. Kabar gembiranya apa?" tanyaku semangat.

"Kamu bakal---,"

"Ntar aja Khan. Nunggu Lisa pulang ke rumah," ucap Abang.

"Yaelah Bang. Pelit banget. Kasih tau aja sekarang," paksaku. "Nanti juga ujung-ujungnya Lisa tau,"

"Iya, Abang tau kamu ujung-ujungnya bakal tau. Tapi, ini penting Lis. Abang ga bisa kasih tau lewat telpon. Abang mau kasih tau langsung. Saat kamu udah dirumah,"

Ikhwan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang