Empat Belas

134 17 0
                                    


Happy reading💙
Enjoy yaa.

***

Dorr! Dorr!

"Bang! Bang!" aku mengedor pintu kamar Abang dan Ayah. Hari ini hari wisudaku, semalam Ria sudah menelpon untuk mengingatkan hari ini harus datang kerumahnya untuk di makeup. Semalam juga aku sudah bicara dengan Abang hari ini jam setengah enam setelah shalat shubuh harus mengantarku kerumah Ria.

"Bang! Bangun! Anterin Lisa kerumah Ria sekarang! Cepetan nanti telat!" teriakku.

"Assalamu'alaikum," ucap Abang dan Ayah dari depan.

"Lho? Jadi Abang dari tadi ga ada dikamar?"

"Jawab dulu salamnya, Lis. Hukum menjawab salam itu wajib," ujar Ayah.

"Wa'alaikumsalam. Maaf Yah, Lisa lupa," ucapku tak enak.

"Abang sama Ayah tadi shalat di masjid tempat biasa," kata Abang.

"Jadi percuma dong Lisa ngedor-ngedor pintu Abang?"

"Emang mau kemana Lis?" tanya Ayah.

"Ayah, hari ini hari wisuda Lisa," ucapku.

"Terus apa hubungannya sama Abang kamu?" ucap Ayah.

"Astagfirullah. Maaf Yah, nanti Abang aja ya yang jelasinnya, Lisa buru-buru nih. Bang ayo! Nih kunci mobil," aku menyerahkan kunci mobilku ke Abang.

"Mau kemana?" tanya Abang polos.

"Mau kemana Abang bilang? Abang lupa atau pura-pura lupa? Udah deh Bang sekarang bukan waktunya buat becanda sama Lisa. Lisa buru-buru nih," ucapku kesal.

"Iya iya, Abang inget," Abang terkekeh.

"Oh iya, kamu udah bawa semua buat nanti kamu wisuda?" tanya Abang.

"Udah, ga bakal lupa kalo yang itu," jawabku. "Ayah jangan lupa dateng ya. Kalo gitu Lisa pergi ya Yah, assalamu'alaikum," lanjutku lalu menyalami Ayah.

"Bang! Ayo!" aku menarik baju kokoh Abang.

"Iya-iya, bentar. Salim dulu sama Ayah, emangnya kamu doang yang boleh salim," Abang langsung menyalami Ayah dan mengucapkan salam lalu pergi mengantarku kerumah Ria.

***

Tingnong! Tingnong!

Aku memencet bel rumah Ria beberapa kali, namun belum ada yang membukakannya. Sekarang sudah jam setengah enam, aku telat. Gia sudah datang karna aku liat sudah ada motornya didepan rumah Ria. Setelah mengantarku Abang langsung aku suruh pulang dan harus datang ke wisudaku nanti.

"Assalamu'alaikum," ucapku setelah hampir tiga menit pintu belum juga dibukakan.

"Wa'alaikumsalam," jawab Ria setelah membukakan pintu untukku.

"Kamu telat Lis," ucap Ria.

"Maaf. Aku tadi nunggu Abang dulu balik dari shalat di masjid. Jadi telat deh,"

"Yaudah ga pa-pa. Ayo masuk, Gia lagi di dandani sama tukang salon nya,"

"Iya,"

Kami berjalan menuju ruang tamu, rumah Ria dua tingkat megah dan mewah. Ada potonya dan orang tuanya digantung di dinding.

"Emangnya ada ya tukang salon yang bisa datang sepagi ini?" bisikku pada Ria.

"Ada lah. Itu buktinya," Ria menunjuk tukang salon dengan bibirnya.

"Kok bisa?" tanyaku heran.

"Jadi, mbak-mbak ini dari salon langganan Mama, jadi bisa di panggil sepagi ini. Ga tau kalo salon lain," jelas Ria. Aku menjawab dengan ber-oh ria.

Ikhwan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang