Tiga Puluh Empat

121 15 0
                                    


Welcome November💙

***

"Gimana ketemu sama calon mertuanya? Lancar?" tanya Ayah.

"Alhamdulillah, lancar Yah,"

Tak terasa malam sudah tiba. Entah kenapa malam ini sangat indah karna ada bintang dan bulan yang menyinari bumi. Cuacanya pun cerah, aku rasa tidak akan turun hujan nanti.

Keluargaku sekarang sedang santai diruang keluarga setelah makan malam dan shalat isya. Aku dan Mbak Khan pulang dari rumah dr. Dhika sekitar jam dua. Kami hanya membahas riasan dan gaun pernikahanku. Sisanya belum kami bahas, karna kata Tante Rini itu harus dibahas dengan dihadiri oleh seluruh anggota keluarga masing-masing. Tidak boleh hanya perwakilan saja karna ini acara yang sangat penting.

"Terus gimana?" tanya Ayah.

"Kata Tante Rini sih maunya kita semua ketemu. Karna ini penting,"

"Mau ketemunya kapan?" tanya Abang.

"Maunya sih sabtu. Soalnya hari sabtu kita semuakan libur, jadi semuanya bisa dateng," jawab Mbak Khan.

"Yap, betul,"

"Mau ketemunya dimana?"

"Kata Tante Rini, kalo boleh dirumah kita aja, Yah," ujarku. "Boleh kan, Yah? Soalnya Lisa udah terlanjur bilang boleh,"

"Boleh-boleh aja, ga pa-pa Lis,"

"Oke. Makasih Ayah,"

"Kamu ketemu sama Dhika-nya?" tanya Ayah.

"Ketemu sih, Yah," jawabku.

"Terus kalian ngobrol?"

"Gimana mau ngobrol, Yah. Waktu Lisa diliat sama Dhika aja, sih Lisa malu-malu," kata Mbak Khan. "Nanti nunduklah. Nanti mengalihkan pandangannya. Giliran Dhika-nya keluar diliatin mulu, sampe Dhika-nya ilang dari pandangan si Lisa," adu Mbak Khan.

"Ga gitu kali, Mbak," elakku. "Ga gitu, Yah ceritanya. Serius deh,"

"Ngaku aja kali, Lis. Orang si Dhika juga ga ada disini dan pasti ga akan tau,"

"Udah mulai suka ya, dek?" tanya Bang Harun.

"Ga. Lisa ga pernah suka sama dia, Bang,"

"Belum Lis. Bukan ga pernah," ujar Ayah.

"Iya, bener kata Ayah. Kamu itu belum kenal Dhika. Nanti juga kamu suka kalo udah kenal dekat. Mbak kalo jadi kamu pasti bakalan suka juga,"

"Apa Khan? Kamu suka sama Dhika?" tanya Bang Harun terdengar cemburu.

"Sumpah, Lisa ga ikut-ikutan ya," ucapku sembari mengangkat tangan.

"Ga, Mas. Astagfirullah. Bukan gitu maksud Khan. Udah gede, udah mau punya anak. Ga usah cemburuan deh, ga usah mulai," jawab Mbak Khan.

"Ya, tetep aja. Mas cemburu,"

"Yaudah, ga lagi. Maaf, Mas Harun," ujar Mbak Khan lembut.

"Jangan diulang,"

"Iya,"

"Emang kalo udah nikah kayak gitu ya, Yah?" tanyaku pada Ayah.

"Nanti kamu juga ngerti, Lis. Kalo Ayah jelasin sekarang kamu ga bakal ngerti, kalo kamu udah nikah pasti ngerti," jelas Ayah.

"Harus nikah dulu ya baru ngerti?"

"Iyalah, dek. Kamu harus ngalamin dulu, baru bisa ngerti,"

"Emang bis---"

Ikhwan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang