Tujuh Belas

131 17 0
                                    


Hallo~~~

***

"Dek!" teriak Abang dari lantai bawah.

"Kenapa?" aku langsung keluar kamar dan turun tangga.

Sudah tiga hari aku di Palembang dan tidak melakukan aktivitas apapun, hanya berdiam diri dirumah. Semalem udah bilang ke Ayah mau ngelamar kerja ditempatnya, tapi Ayah bilang kayak gini:

"Ntar aja, Lis. Baru juga mau tiga hari disini, udah mau kerja. Nikmati aja dulu liburan kamu, apa perlu nanti Ayah suruh Abang nemenin kamu buat jalan-jalan?"

Begitulah Ayah, tidak mau melihat anaknya susah. Dan kami, anaknya, tidak pernah membantah omongan Ayah sekali pun. Karna kami tau menjadi orang tua tunggal tidaklah mudah. Apalagi tidak punya saudara. Ayah sama Bunda sama-sama anak tunggal. Setiap lebaran aja kita ga kemana-mana, makanya aku males pulang.

"Ayah sama Abang kamu udah mau berangkat kerja," ucap Ayah.

"Ga sarapan dulu, Yah?"

"Di kantor aja," jawab Ayah.

"Emang di kantor biasanya sarapan apa?" tanyaku.

"Apa aja," jawab Ayah santai.

"Apa aja yang dimaksud itu apa?"

"Cerewet banget, Lis" ujar Abang.

"Siapa yang ditanya, siapa yang jawab. Pingin diajak ngomong yaa?" godaku.

"Kamu ini, udah mulai berani ya godain Abangnya,"

"Iyalah,"

"Udah ah goda-godaannya. Harun ayo berangkat nanti telat," ajak Ayah.

"Eh.. Yah" cegahku.

"Kenapa?"

"Lisa izin keluar nanti ya?"

"Mau kemana?" tanya Ayah.

"Cuma mau jalan-jalan doang. Dirumah suntuk, mau kerja ga dibolehin sama Ayah. Di izinin ya?" aku memohon.

"Naik apa?"

"Naik motor. Masih ada kan motornya?"

"Masih bagus ga Run?" tanya Ayah.

"Motor jarang dipake setelah kamu kuliah di Bandung. Jadi, kemungkinan besar motor itu bakalan mogok ditengah jalan," jelas Abang.

"Emang selama ini ga Abang panasi?" tanyaku.

"Jarang. Abang sibuk, Lis"

"Yaudah bawa mobil aja. Jadi keputusannya gimana Yah?" aku memastikan.

"Kamu boleh pergi tapi, harus ajak temen,"

"Dia disini mana ada temen, Yah," ejek Abang.

"Enak aja," elakku. "Lisa ada sih temen. Cuma udah lost contact. Jadi, kayaknya ga ada yang bisa nemenin deh, Yah. Kalo sendirian boleh?" tanyaku.

"Boleh. Tapi, kamu jalan jalannya ga boleh jauh-jauh, kalo ada apa-apa langsung telpon Ayah. Oke?"

"Siap, bos!" aku memberi hormat pada Ayah.

"Ayah pergi dulu ya. Assalamu'alaikum," ucap Ayah.

"Wa'alaikumsalam," aku mencium punggung tangan Ayah dan Ayah mengusap kepalaku.

"Abang ga berangkat?" tanyaku saat Ayah sudah keluar rumah namun, Abang masih berdiri menatapku.

"Lis, kamu hati-hati ya. Kalo ada apa-apa langsung telpon Abang. Ngerti?"

Ikhwan Dalam MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang