PROLOG

40.5K 2.8K 83
                                    

"Jodoh itu memang cerminan diri. Tapi kalimat itu akan menjadi nyata untuk nanti. Kalau untuk sekarang, itu hanyalah angan semata."

-WCI-


✨✨✨

Suara motor CBR yang baru masuk melewati gerbang sekolah menjadi perbincangan semua umat. Pasalnya, si pembawa motor itu adalah perempuan, pakai jilbab, dan yang jelas dia pakai rok.

Tapi, tidak ada yang bisa menghentikan gadis itu. Setiap pagi dia masuk ke sekolah dengan celana olahraga dan menggantinya di kamar mandi.

Walau sudah mendapat banyak peringatan tentang penampilannya itu, tetap saja diabaikan oleh gadis itu. Ia menganggap semua peringatan hanyalah angin lalu. Selalu begitu. Sampai guru jengah menghadapinya.

"NAMIRA!!!!!" bentak guru wanita berpenampilan kolot dengan suara cempreng bagai knalpot motor yang sudah dimodifikasi.

Namira memarkirkan motornya di parkiran sekolah dan berjalan masuk ke sekolah. Mengabaikan teriakan guru wanita itu dengan wajah datar. Sudah biasa. Itulah pikirnya.

"Namira."

Namira berhenti dan menolehkan kepalanya ke arah samping kanan. Mimiknya berubah kesal saat menyadari siapa yang memanggilnya.

"Lo nyapa assalamu'alaikum, lagi, gue jotos lo!" sentak Namira.

"Hanya ingin memberitahu, kamu dipanggil sama Bu Dara,"

"Bodo amat! Anggap aja gue gak denger. Minggir!"

Namira berlalu dari hadapannya. Bibirnya mengerucut ke depan karena kesal. Karena setiap pagi, orang itu pasti akan memberikan salam padanya. Tidak pernah luput satu hari pun.

"Gila, sih! Banyak yang ngejar dia di sekolah ini, tapi lo dengan mudahnya nolak dia. Heran gue,"

Namira hanya memasang wajah datar atas kalimat yang sahabatnya lontarkan. Namanya Zahira Kanaya. Dipanggil Ira.

"Lo gak suka sama dia, Nam?" tanya Ira dengan ke-kepo-an tingkat tinggi.

"Enggak. Kenal juga engga, ada-ada aja."

"What?! Lo gak kenal sama Kafka?!" tanya Ira dengan nada super kaget. Namira mendelik dan menggelengkan kepalanya. "Lo sebenarnya selama ini hidup di dunia mana, sih? Heran gue."

"Dunia lain!" ketus Namira.

Langkahnya ia belokkan dan memasuki sebuah kelas. Kelas yang sudah ia tempati hampir setengah tahun. Karena sekarang sudah masuk semester dua. Satu info lagi, Namira itu kelas tiga SMA. Dan kelasnya kelas yang paling terakhir alias bobrok!

"Weh! Nam, baru datang?" sapa Johan. Teman sekelas Namira yang paling ramah. Hobinya menyapa orang yang ia lihat baru datang atau baru masuk ke kelasnya.

"Mata lo buta? Ya iya lah! Pake nanya!"

Johan terdiam di tempat. Tangannya mengelus dada karena kaget dibentak Namira.

"Sewot amat Nam. Gue nyapanya baik padahal," gerutu Johan.

"Katanya cowok tapi hatinya selembut hello kitty, maunya apaan?" gumam Namira sambil duduk di bangkunya. Tak lupa ia mengganti celana olahraganya dengan rok.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang