Ekstra Part Last

13.2K 968 33
                                    

Assalamu'alaikum!
Hai, apa kabar?
Akhirnya kita berjumpa kembali setelah sekian lama, ya.

Ngomong-ngomong,
Ini sudah mencapai tahap akhir, ya.
Ini yang terakhir kalinya aku up di lapak ini.
Mohon maaf kalau banyak tipo T_T

Karena setelahnya,
Aku hanya up tentang kabar terbaru soal cetak.
Baik itu penghapusan sebagian part, voting cover, maupun open pre order nanti.

Sampai saat itu tiba,
Aku harap kalian bisa stay di sini.
Menemani lapakku agar tidak berdebu karena waktu.

Terima kasih,
Sudah bertahan sampai akhir
Memberikan banyak sekali seruan penyemangat.
Aku terharu~

BULAN RAMADAN NANTI INSYAA ALLAH WCI TERBIT.
KAFKA SAMA NAMIRA BISA DIPELUK SECARA NYATA.
KALIAN WAJIB IKUT PO, YA!

Oke, langsung aja kita masuk ke cerita.

✨✨✨

"Apa pun masalahnya, masa lalu tetaplah masa lalu. Ia hanya dijadikan sebagai pengalaman dan pembelajaran hidup. Tidak untuk diulangi, apalagi dijadikan sebagai balas dendam."

✨✨✨

Ini hari terakhir keluarga Kafka liburan di Yogyakarta. Kali ini, kegiatan mereka hanya berjalan-jalan di taman. Kemudian siap-siap untuk pulang ke kota asal. Karena hari-hari sebelumnya, Namira dan Lea sudah cukup bahagia. Kafka juga sudah puas, karena kebahagiaan Namira dan Lea adalah yang utama.

Barang-barang mereka juga sudah dibereskan dengan rapi. Beberapa menit lagi mereka akan sampai di bandara. Karena saat ini mereka sedang berada di taxi.

"Mas, semoga Allah masih memberikan kita kesempatan untuk datang lagi ke sini, ya," ujar Namira yang tidak melepaskan pandangan luar lewat kaca mobil.

Tangan Kafka terulur mengusap kepala Namira. "Insyaa Allah, doakan saja."

"Tapi, ya, Mas. Entah kenapa rasanya masih ada yang kurang gitu. Adek juga gak tau apa, cuma rasanya ada yang kurang," kata Namira. Tatapannya perlahan beralih ke arah Kafka yang sedang membaguskan posisi Lea yang sedang di pangkuannya.

"Mas dengar, Shofia sekarang ada di kota ini sama Ghea."

Perkataan Kafka barusan membuat Namira tersentak kaget. Nama yang masih ada dalam benaknya disebut oleh Kafka secara tiba-tiba. Tidak, Namira tidak marah. Hanya saja, ia bingung kenapa Kafka memberitahukannya hal itu disaat mereka sudah mau pulang seperti ini.

"Kenapa Mas kasih tahu Adek sekarang?" tanya Namira.

"Karena Mas gak mau kamu ketemu dia sejak di awal kita datang. Mas gak tau dia udah berubah atau belum, Mas gak tau dia sudah menjadi lebih baik, atau malah menjadi semakik buruk. Mas gak mau kamu kenapa-napa seperti waktu itu."

Walau mereka sudah memaafkan kejadian waktu itu, tetap saja Kafka selalu waspada. Namira paham akan hal itu. Ia sendiri juga tidak ingin merasakan saat-saat seperti itu lagi. Senakal apa pun dia dulu, jika hal berharganya itu terancam, tetap saja ia akan menjadi takut.

"Lalu, jika Mas memberitahu Adek sekarang, memangnya apa yang akan terjadi? Bukankah lebih baik tidak usah Mas beritahu sekalian?" tanya Namira secara berkala.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang