WCI | 16

24.4K 2.3K 136
                                    

"Kebahagiaan itu sederhana, kamu aja yang membuatnya rumit dengan selalu merasa disingkirkan."

-WCI-

✨✨✨

Kafka mematung saat ia berdiri di rombongan kelas yang mengaku 'kelas somplak!'. Kelas ini berada di bus terakhir. Yang artinya, kelas Namira.

Bukannya Kafka tidak senang, tidak bahagia, hanya saja ia berpikir bagaimana ini bisa terjadi? Karena awalnya, Kafka mendapatkan bagian di bus ketiga. Lagipula bagaimana ia tidak senang, ia satu bus dengan istrinya.

"Kaf, kita jadi pergi, kan?" tanya Hera saat Kafka belum mengabsen dan menyuruh mereka naik ke bus.

Kafka tersadar dari lamunannya. Ia menatap nama-nama di catatan yang tadi diberikan Alan. Dan memanggil nama itu satu-persatu.

"Yuk, Kaf. Udah lengkap semua kok." Arina selaku wakil ketua kelas mengajak Kafka untuk menaiki bus mereka.

Sebelum naik, Kafka melirik ke belakang. Di sana ada mobil guru yang menjadi pengawal mereka. Setelah menganggukkan kepalanya, Kafka naik dan duduk di kursi belakang sopir. Dan di sebelah Namira. Sebuah kebetulan yang tak tersengaja.

"Yo! Para kewanan somplakku!" seru Joni dari bangku panjang di belakang sana.

Semua yang ada di bus kecuali Namira, Kafka, dan Pak Supir menyahut. Membuat Joni menyunggingkan senyumnya.

"Siap untuk konser dadakan?!" tanya Joni dengan suara menggema.

"SIAP!!" balas yang lain.

"Nanti, kita semua tidur dulu. Karena kata Kafka perjalanannya memakan waktu enam jam, jadi kita tidurnya lima jam. Saat satu jam terakhir, kita gemparkan bus ini sampai yang lewat di samping bus kita melongo mendengarnya. Oke?!"

"OKE!"

Seperti kata Joni, semua penghuni bus ini langsung mencari posisi nyaman. "Itu beneran tidur?" gumam Kafka yang masih kaget dengan kelakuan siswa kelas somplak.

"Benar-benar tidur. Mas mending tidur juga sekarang, karena kalau nanti mereka udah konser, Mas bakal tersiksa lahir batin," jawab Namira sambil menyenderkan kepalanya di jendela.

Namun, sebelum benar-benar tertidur, Namira menyempatkan dirinya untuk memasangkan satu earpods di telinga Kafka.

"Jangan ngomong lagi, aku ngantuk." Namira menutup matanya. Mencoba untuk tidur sambil mendengarkan lantunan ayat suci al-qur'an dari aplikasi youtube di ponselnya.

Kafka menatap Namira yang kepalanya sering terantuk kaca jendela. Kemudian, ia beralih ke samping dan belakang. Memastikan bahwa semuanya sudah tidur. Setelah itu, tangannya menarik kepala Namira agar bersandar di bahunya.

Tiga jam kemudian,

Kafka membuka matanya secara perlahan. Mengerjabkan matanya sebentar lalu menoleh ke kanan dan ke kiri. Namira sudah bangun dan sedang memakan snack yang ia bawa dari rumah, sedangkan yang lain masih tidur dengan pulas.

"Bangun jam berapa?" tanya Kafka sambil memandang ke arah Namira.

Namira yang baru sadar kalau Kafka sudah bangun langsung tersedak. "Jangan ngagetin kenapa!" sentak Namira dengan suara berbisik. Takut membangunkan yang lain.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang