WCI | 35

22.2K 2K 59
                                    

⚠️WARNING⚠️

MUNGKIN SEBAGIAN PEMBACA ADA YANG TIDAK TERLALU NYAMAN. KARENA MENGANDUNG ADEGAN YANG MUNGKIN TIDAK KALIAN SANGKA!
TAPI, MAU BAGAIMANAPUN JUGA, CERITA INI ROMANCE DAN KEHIDUPAN SETELAH MENIKAH. ANTARA PASANGAN SUAMI ISTRI. PAHAM LAH, YA!

POKOKNYA UDAH DIINGATKAN, YA!

✨✨✨

"Lembaran baru akan dimulai. Kita tidak tau ada berapa banyak tantangan dan masalah yang datang. Tapi tidak pa-pa, anggap masalah yang sudah lalu adalah pelajaran berharga untuk mengatasi masalah baru. Setidaknya, konsep permasalahannya pasti tidak akan terlalu jauh dengan yang baru."

-WCI-

✨✨✨

Semua ujian telah dilalui. Berbagai macam soal yang menguras tenaga dan pikiran sudah berlalu. Kini saat yang bebas untuk Namira beraktivitas. Selain karena dirinya tak minat kuliah, dirinya juga tidak kemana-mana. Jadi, ini merupakan kebebasan yang hakiki untuknya.

"Hum," suara Kafka menginterupsi Namira yang sedang mencoba gerakan salto?

"Iya?" tanya Namira dengan napas sesak. Dirinya sedang menyender di dinding rumah dengan kaki di atas dan kepala di bawah.

"Ngapain? Berdiri yang bagus," kata Kafka sambil menaikkan kaus yang Namira pakai. Karena gerakannya itu membuat perut mulusnya terpampang jelas di mata Kafka.

"Duh, tunggu. Bentar lagi."

"Hum, Mas gak suka. Berdiri yang bagus."

Namira mengerucutkan bibirnya dan berdiri dengan benar. Setelah itu, wajahnya yang merah tadi langsung berubah normal.

"Gak baik, sayang."

Namira hanya menganggukkan kepalanya. Tanganya ia ulurkan ke belakang leher Kafka. "Mas tadi manggil mau ngapain?" tanya Namira bingung.

Kafka menunjukkan seringainya. Tangannya ia ulurkan ke depan dan memeluk pinggang Namira. "Mas mau makan," bisiknya pelan.

Wajah Namira berubah pucat. "Makan apa?" tanyanya.

"Makan kamu," jawab Kafka dengan tawanya yang meledak. Wajah Namira yang pucat itu membuatnya langsung tertawa ngakak. Akhir-akhir ini, menggoda Namira menjadi aktivitas sehari-hari. Karena ekspresi Namira selalu lucu dan menggemaskan.

"Mas, ih!!" Namira memukul dada Kafka sedikit kuat. Ia sudah takut duluan soalnya. Karena kebetulan, mereka juga sudah terbilang tamat sekolah.

"Kenapa?" tanya Kafka bingung.

"Apanya yang kenapa?" tanya Namira balik. Ia juga bingung.

"Memang kenapa kalau Mas mau makan kamu? Mas punya hak atas dirimu, kan, sayang?" tanya Kafka dengan lebih jelas.

Namira bungkam. Ia tidak tau harus memberikan jawaban apa atas pertanyaan Kafka. Ia mengerti, tapi ia seperti belum siap. Namun, ia tidak tau apa yang belum siap dari dirinya!

"Mas, bercanda. Ayo keluar, kita cari makan siang di luar. Dah lama kan kita gak makan diluar?" ajak Kafka. Tangannya menarik tangan Namira dan mengajak gadis itu siap-siap.

"Mas seriusan?" tanya Namira saat Kafka membuka bajunya.

Wajah Namira merona. Kenapa timing pas sekali? Kan dia tambah gugup untuk menanyakan hal itu.

"Tadi kan sudah Mas jawab. Mas bercanda, sayang."

"Jujur sama aku!" sentak Namira saat Kafka menjawab tanpa menatap matanya. Namira menggenggam tangan Kafka yang mencari baju kokonya. Padahal, biasanya itu tugas Namira. Tugas Kafka adalah memilih baju Namira.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang