"Hidup itu dibawa santai, jangan terlalu serius."
-WCI-
✨✨✨
Namira duduk di ruang bk dengan wajah datar. Telinganya sudah panas mendengar celotehan yang keluar dari Bu Dara. Guru bk yang kejamnya bukan main.
"Mulai besok, kamu harus naik motor matic!" bentak Bu Dara.
Namira mendelik tak suka. "Ibu pikir beli motor baru pake daun?" tanyanya.
"Kalau begitu naik angkutan umum,"
"Saya gak diberi izin oleh orang tua untuk naik angkutan umum, Buk."
Bu Dara menghela napas pasrah. "Terserah. Pokoknya kamu dilarang naik motor besar seperti itu."
"Buk, sejak kapan sekolah ini membatasi siswanya untuk berkendara?"
"Memang tidak ada batasan. Tapi seragam kamu itu melanggar peraturan sekolah ini, Namira!"
"Jadi, misalnya saya pakai rok, saya naikin sampai paha saya nampak, gitu, Buk?"
"Ya tidak seperti itu juga. Pokoknya kamu Ibu larang masuk dengan seperti itu!" Bu Dara mengalihkan pandangannya dari Namira. "Kamu boleh pergi."
Dengan sekali gerakan, Namira sudah keluar dari ruangan itu. Ekspresi kesal sudah tercetak dengan sangat jelas di wajahnya.
Benar-benar menyebalkan, batinnya.
Namira memilih untuk masuk ke salah satu ruangan ekskul. Minat belajarnya hari ini sudah hilang. Hilang sampai jejaknya pun tidak bisa ditemukan.
Setelah menutup pintu rapat-rapat, Namira duduk di kursi dan meletakkan kepalanya di atas meja. Beberapa menit setelahnya, Namira sudah mengunjungi pulau kapuk.
***
Beberapa jam berlalu. Namira bangun dan mengumpulkan nyawanya yang berterbangan di sekitar kepalanya.
"Sudah bangun?" tanya seseorang.
Refleks, Namira membuka matanya lebar-lebar dan memandang ke asal suara. "Lo?!"
"Iya, ini saya. Sudah bangun?"
"Udah. Lo bisa liat sendiri," jawab Namira. "Nama lo Kafka, kan?"
Lawan bicara yang Namira panggil Kafka itu langsung tersenyum tipis. "Iya,"
"Ngapain lo di sini?"
"Ada data yang harus saya ambil di ruangan ini."
"Lo itu sesibuk apa sih? Sampai di ruangan ini pun lo ada. Heran, gue."
"Namira, ini ruang ekskul rohis. Jadi, wajar jika saya berada di ruangan ini, kan?"
Namira membelalakkan matanya. Pandangannya langsung beralih ke pintu yang terbuka lebar. Dan di pintu itu, ada tulisan 'rohis'.
"Oh, berarti gue yang kesasar."
Kafka hanya membalas dengan senyum tipis. Kemudian, tangannya terulur memberikan secarik kertas agar Namira membacanya.
"Buat apa gue baca ini?" tanya Namira bingung. Pasalnya, kertas itu berisikan informasi untuk setiap anggota rohis.
"Bukankah kamu ingin masuk rohis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]
Ficção AdolescenteSpin-off ADIBA SEGERA TERBIT #1 in spiritual (3 Agustus 2020) #1 in muslimah (3 September 2020) #1 in quotes (13 Oktober 2020) #1 in religi (27 Januari 2021) [Teenfiction x Spiritual] ⚠️WARNING⚠️ ✨✨✨ Ini tentang per...