WCI | 27

19.9K 2.1K 119
                                    

Jeng! Jeng! Jeng!
Double up!!!

Mana nih komennya?
Votenya juga jangan lupa yaa>•<

Happu reading>•<

✨✨✨

"Suami mana yang bisa sabar kalau nyawa Istrinya berada dalam lingkaran orang-orang jahat?"

-WCI-

✨✨✨

Adiba menutup mulutnya tak percaya. Matanya membelalak kaget. Tangisannya langsung pecah di pelukan Irsyad. Begitu pun yang lain, mereka sama kagetnya dengan yang lainnya.

Sedangkan Kafka, ia sedang melamun karena tawa bahagia Namira yang terlintas di pikirannya. Sampai tepukan pelan yang dilakukan Alan menyadarkannya.

"Tolongin, nunggu apalagi?" tanya Alan.

Kafka mengangguk dan melepas kemeja sekolahnya yang di lengan kirinya ada tanda OSIS. "Saya melepas sementara jabatan OSIS. Masalah ini, tidak ada sangkut pautnya dengan posisi dan yang lainnya."

"Kaf, tapi, kuncinya sa-"

Wuss!

Vina terpaku di tempat saat Kafka dengan cepatnya melewati dirinya dan pergi dari ruangan itu. Matanya menatap ke arah Alan.

"Jika tidak ada kunci, ya didobrak," jawab Alan dengan santainya.

Adiba menarik tangan Irsyad untuk menyusul. Namun, belum lewat kakinya dari pintu, wajah Adiba menoleh memandang para Ibu di ruangan ini.

"Jangan ada yang pergi sampai kami kembali," titahnya. Pandangannya beralih ke Alan. "Ayo, Alan."

***

"Ghe!" panggil Shofia dengan sangat kuat.

Ghea yang berada di dalam kelas langsung menoleh dan menatap ke arah Shofia. "Apa?" tanyanya.

"Vina ketangkap, kita harus mindahin Namira," jawab Shofia sambil menarik lengan Ghea menuju tempat di mana mereka menyekap Namira.

"LEPAS!" teriak Namira.

Ghea dan Shofia langsung masuk dan melihat ke sekitarnya. "Ada apa?" tanya Ghea saat Gina berdecih.

"Dia dari tadi ngamuk, teriak-teriak, gak tau kenapa!" jawab Gina dengan nada ketus.

"Kunci," titah Ghea sambil menatap Shofia. Kemudian, Ghea berjalan mendekati Namira. "Lo kenapa?"

"LEPASIN! GUE MUAK! KAKI GUE SAKIT BEGO! COBA GANTIAN!" teriak Namira. Karena duduk terus, kakinya jadi kebas, nyut-nyut-an juga.

"Di-"

BRAK!

Suara itu membuat Ghea dan yang lain menatap ke arah pintu. Mata Ghea membulat, siapa yang mau mendobrak pintu ruangan ini?

BRAK!
BRAK!
BRAK!

"Cepat! Geser meja-meja yang berat ke sana! Jangan sampai pintunya terbuka!" seru Ghea. Napasnya memburu.

BRAK!

"Lo, telat," ujar Namira dengan senyum tipisnya.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang