WCI | 19

21.2K 2.1K 63
                                    

Coba kasih tau aku, perasaan terdalam kalian saat dapat notif WCI double up>•<

Janga lupa vote dan komen yaaa
Sebanyak-banyaknyaa>•<

Happy reading:>

✨✨✨

"Pelukan dari seseorang yang kita percaya itu sangat ampuh untuk memberikan rasa nyaman."

-WCI-

✨✨✨

Namira berjalan di barisannya saat Pak Pandu sudah menyuruh mereka untuk kembali ke Villa. Namira memiliki firasat buruk, tetapi tidak tau mengenai hal apa. Karena saat ini, ia diapit oleh Gina dan Vina.

Tidak biasanya dua perempuan ini mendekati dirinya. Jangankan mendekati, menyebut nama satu sama lain saja jarang. Kecuali lagi mode bertengkar.

"Gue duluan ya, Nam!" seru Vina sambil menggandeng lengan Gina menjauhi Namira.

Keduanya duluan masuk ke kamar. Namira menghela napas pelan. Bersyukur saat sadar bahwa ia tidak sekamar dengan kedua perempuan itu. Karena jika satu kamar, tidak tau akan terjadi pertengkaran yang seperti apa.

Namira masuk ke kamarnya. Tubuhnya gerah. Ia ingin mandi. Ia pergi mengambil tasnya, tetapi saat hendak mengambil baju, Namira melihat ada yang aneh dengan tasnya.

"Eh, tadi ada yang masuk ke kamar ini gak? Maksud gue, orang lain. Bukan dari kamar ini, tapi masuk ke kamar ini." Namira bertanya pada seorang perempuan nerd yang sangat pendiam.

Perempuan itu menggeleng. "Gue baru masuk. Jadi gak tau, maaf."

Namira mengangguk dan memperhatikan keadaan tasnya lagi. Resletingnya tidak tertutup rapat, padahal ia ingat dengan jelas bahwa tasnya itu ia tutup dengan sangat rapat.

Firasatnya semakin tidak enak. Namira mengecek isi tasnya satu-satu. Bagian yang penting masih utuh, tapi bajunya, baju gamish yang baru ia beli kemarin dengan Kafka, sudah digunting dan menjadi tidak layak pakai.

Wajah Namira merah padam. Tangannya terkepal menahan amarah. Dengan hati yang bergemuruh, Namira melangkahkan kakinya ke ruangan para guru.

"Permisi, Pak."

Pak Pandu dan Bu Dara, selaku guru yang mengawas mereka langsung menatap Namira bingung.

"Ada apa Namira?" tanya Bu Dara mewakilkan. Ia langsung beranjak dan mendekati Namira.

"Ada yang melakukan sesuatu pada baju-baju saya," ujar Namira dengan nada dingin.

"Maksud kamu apa? Melakukan apa?" tanya Bu Dara tidak mengerti.

Namira memberikan bajunya ke tangan Bu Dara. Dan saat dikembangkan, tampaklah potongan-potongan yang tidak wajar di baju itu. Namira memandang wajah Bu Dara yang sangat terkejut.

"Saya minta keadilan," kata Namira lagi. "Saya harus tau siapa pelakunya."

"Pak Pandu, tolong kumpulkan anak-anak di halaman. Saya ingin menanyakan siapa pelakunya," pinta Bu Dara.

Pak Pandu yang ikut terkejut langsung mengangguk dan berjalan keluar ruangan. Namira berdiri dengan tubuh gemetar. Baju itu, baju yang Kafka pilihkan. Kafka menyukai baju itu. Apa yang harus ia katakan nanti?

Saat semua sudah terkumpul, Namira dan Bu Dara berdiri di depan. Menatap seluruh siswa yang memasang wajah bingung.

"Pak, Buk, sudah mau malam. Sebaiknya di dalam saja, jika ada masalah yang besar, bisa bicarakan dengan saya. Akan saya bantu," ujar Pak Joko. Penjaga Villa ini.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang