WCI | 30

22.8K 2K 58
                                    

Maaf, ini bukan untuk double up.
Ini untuk up biasa.

Hari ini aku ada urusan yang gak ngasih aku kesempatan untuk nulis. Belum lagi ide yang sebelumnya lancar jaya mendadak macet karena mood-ku yang berubah.

Happy reading>•<
Sekali lagi aku minta maaf ya:)

✨✨✨

"Yang terpenting itu bukan soal jabatan, tapi istri. Jabatan itu sampingan sementara istri itu prioritas."

-WCI-

✨✨✨

Hari-hari telah berlalu, Namira juga sudah dua hari tidak sekolah. Berbeda dengan Kafka, laki-laki itu terus sekolah dan mengatasi masalah yang terus terjadi tanpa henti. Seolah sekolah itu adalah ladangnya masalah.

"Eh, Kafka ngundurin diri dari posisinya," bisik salah satu siswa yang duduk tidak jauh dari posisi Namira.

Namira mengernyit heran. Ia membuka ponselnya dan melihat tanggal hari ini. Dahinya semakin berkerut. Padahal, pergantian OSIS itu masih tiga minggu lagi, tapi kenapa sekarang Kafka mundur dari jabatan itu?

Bosan dengan pertanyaan yang tak kunjung Namira dapatkan, ia memilih untuk pergi ke ruang OSIS. Namira membelalakkan matanya karena kaget saat melihat rombongan anggota OSIS yang menangis di depan Kafka.

"Mas," gumam Namira dengan sangat pelan, tetapi entah memang ia tidak sadar atau pendengaran Kafka yang tajam, laki-laki itu langsung menoleh ke arah Namira.

"Hum, ngapain?" tanya Kafka sambil mendekat ke arah Namira. Sekarang ia tidak takut untuk memanggil Namira dengan sebutan itu, karena semua siswa sekolah ini sudah menganggap bahwa Kafka dan Namira adalah sepasang kekasih yang sudah bertunangan. Padahal aslinya sudah menjadi sepasang suami istri.

"Itu, Mas ngundurin diri?" bisik Namira. Ia masih melihat anggota Kafka yang menangis sesenggukan. Terutama yang perempuan. Walau Namira tau alasan besarnya, tetap saja dia heran. Kenapa Kafka mengundurkan diri sekarang?

Kafka mengangguk. "Iya."

"Kenapa?"

"Karena Mas ingin menjagamu dengan lebih dekat. Lagipula, masa jabatan Mas juga tinggal sebulan, tidak masalah jika Mas harus mengundurkan diri. Dan bulan depan, kita sudah mulai menghadapi berbagai macam ujian. Mas tau kamu malas belajar, jadi Mas akan lebih sering meluangkan waktu untukmu daripada sekolah, mengerti?"

Namira mengerucutkan bibirnya. "Bilang aja mau deket-dekat sama aku, kan?"

"Oh, alasan itu boleh juga."

"Apanya yang boleh juga?" tanya Namira sambil mencubit pinggang Kafka.

"Hum, sakit, aduh-duh!" seru Kafka sambil menggenggam tangan Namira.

"Mana ada sakit, jago banget aktingnya," gerutu Namira sambil menatap Kafka dengan wajah datar.

"Tunggu sebentar," ujar Kafka sambil mendudukkan Namira di bangku panjang di depan ruang OSIS.

"Kak Kafka sama Kak Alan beneran mau ngundurin diri?" tanya Dava. Siswa yang sangat menghormati Kafka, panutan seluruh umat di sekolah ini setelah Kafka.

Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang