"Karma itu berlaku untuk siapa saja. Dia pasti akan datang. Cepat atau lambatnya dia beraksi, itu pasti akan membuatmu menangis dalam kepedihan."
-WCI-
✨✨✨
"Maksud kamu gimana?" tanya Kafka tidak mengerti.
"Gue gak tau gimana kejadian pastinya, sementara dia gak begitu sadar. Setelah lo pergi, dia merasa ada yang datang lagi, tapi gak tau siapa. Dan saat orang itu datang, dia dipukuli lagi. Pakai kayu, tepat di kedua lengannya. Makanya lama sembuhnya," jawab Gina.
"Dipukuli? Kalian gak menyelidiki orangnya?" tanya Namira.
Gina tersenyum tipis. "Seorang Gani tidak akan membiarkan hal itu, kan? Kami sudah tau siapa orangnya dan apa alasannya."
"Siapa?" tanya Namira. Suaranya pelan sekali.
"Setelah lo tau siapa, memangnya lo mau apa? nasihatin dia? Toh udah gak perlu. Dia udah pindah sama kayak Ghea."
Namira tertegun saat mengingat murid pindahan di sekolah. Memang waktunya berbeda dengan kepindahan Ghea dan Shofia, tetapi kepindahannya juga terasa aneh dan buru-buru.
"Harris?" tanya Namira memastikan.
Gina mengangguk, sedangkan Gani membuang muka. Mungkin Gani masih kesal dengan Harris. "Alasannya karena dia gak terima lo mau dilecehkan sama Gani."
Namira lagi-lagi tertegun atas kalimat Gina. "Ha?"
"Harusnya lo tau kalau dia suka sama lo. Tapi lo lebih milih Kafka. Itu yang buat dia semakin gak bisa ngontrol emosinya. Apalagi saat dia dengar kabar tentang rencana kami waktu itu, dia langsung marah dan nggak bicara apa pun lagi pada kami. Tepat saat Kafka selesai menghajar Gani, dia datang dan memukuli lengan Gani. Selesai."
Namira tersenyum sinis. Mimpi apa dia selama ini, kenapa orang-orang di sekitarnya sangat menyeramkan?
"Udah, kan? Selesai. Jangan sebut namanya lagi. Gue muak!" bentak Gani. Urat-urat di wajahnya mulai timbul karena marah.
"Jadi, tujuan kalian ke sini ngapain?" tanya Gina. Tangannya terulur mencubit pinggang Gani. "Jangan berisik."
"Mau jenguk Gani."
"Nam, lo udah banyak berubah semenjak jadi istri Kafka, gue salut."
"EH!" teriak Namira.
"Kalian tau dari mana?" tanya Kafka. Matanya membulat karena kalimat Gina yang mengejutkan.
"Dari Alan." Gina melipat tangannya di bawah dada. "Tenang aja, kali ini gue janji bakal tutup mulut sampai kalian sendiri yang mengabarkan hal itu ke seluruh sekolah. Gani juga bakal tutup mulut."
"Mohon bantuannya, ya," pinta Namira sambil tersenyum canggung.
Kafka hanya menghela napas panjang. Tidak menyangka Alan akan mengatakan hal itu pada si kembar G.
"Oh, ini kami bawa makanan. Untuk Gani dan keluarga." Namira menjulurkan satu kantung plastik besar yang berisikan buah tangan mereka.
"Padahal gak usah repot-repot, toh kami yang buat ulah duluan. Dijenguk sama kalian aja udah buat kami senang."
Namira tersenyum tipis. "Saling memaafkan itu tidak ada salahnya, kan? Lagipula, sepertinya kalian sudah sadar akan perbuatan kalian, kalian juga menjadi lebih baik dan ramah, aku rasa itu sudah cukup untuk membangun sebuah ikatan baru di antara kita," kata Namira.
"Hubungan baru?" ulang Gani.
Kafka mengangguk. "Hubungan pertemanan yang baru."
"Kami?" tanya Gina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wa'alaikumussalam! Calon Imam! [END] [SEGERA TERBIT]
Novela JuvenilSpin-off ADIBA SEGERA TERBIT #1 in spiritual (3 Agustus 2020) #1 in muslimah (3 September 2020) #1 in quotes (13 Oktober 2020) #1 in religi (27 Januari 2021) [Teenfiction x Spiritual] ⚠️WARNING⚠️ ✨✨✨ Ini tentang per...