***
Jiyong memegang sebuah kantong plastik berisi tiga kotak makan di tangan kirinya dan berusaha menahan tubuh Lisa yang sepertinya sangat lemas dengan tangan kanannya. Melangkah sampai ke mobil kemudian berdiri di dekat pintu mobilnya, berusaha membuka pintu mobilnya dengan tangan kirinya.
"Ya bantu aku, dia hampir pingsan," ucap Jiyong setelah Bobby melihat kedatangan mereka berdua. Bobby turun dari kursi penumpang di bagian belakang mobil itu, meraih kantong plastik di tangan Jiyong membuat Jiyong dapat dengan leluasa membantu Lisa masuk ke dalam mobil. Membuat Lisa berbaring di kursi penumpang bagian belakang.
"Kau bisa menyetir kan?" tanya Jiyong dan Bobby menganggukan kepalanya. Setidaknya tidak ada Lisa kedua yang punya mobil mewah tapi tidak bisa mengendarainya.
"Apa yang terjadi dengannya?" tanya Bobby sembari menyetir mobil itu sementara Jiyong duduk dibelakangnya, memangku kepala Lisa sembari mencari botol kaca di tas Lisa.
"Shock, anggap saja begitu," singkat Jiyong. Saat ini ia membantu Lisa untuk meminum obatnya.
Di mata Jiyong, Lisa terlihat seperti saat Bobby mabuk di ulang tahunnya, namun kali ini lebih parah karena tubuh gadis itu sama sekali tidak bertenaga. Seolah tidak ada sedikit pun nyawa di sana. Namun setelah tenaganya sedikit kembali, setelah ia menelan pil yang Jiyong berikan padanya, kata pertama yang Lisa ucapkan ternyata tidak terdengar cukup menangkan.
"Yoongi oppa-" bisik gadis itu sembari meringkuk di kursi belakang. Ucapannya, sama sekali tidak membuat Jiyong senang. Bahkan Bobby yang juga mendengarnya tidak telihat menikmati bisikan itu.
"Lupakan si bodoh itu," bisik Jiyong ditelinga Lisa, tepat sebelum gadis itu kehilangan kesadarannya. Satu pil dapat membuat Lisa merasa lebih tenang, namun dua buah pil justru akan membuat Lisa terlelap dan kehilangan kesadarannya. Dalam perjalanan pulang kali ini, Lisa terlelap berbantalkan paha Jiyong sembari sesekali menyebut nama suami dari kakaknya.
"Apa yang sebenarnya terjadi padanya hyung? Apa hubungannya dengan eonninya tidak baik? Mereka tidak merebutkan Suga BTS itu kan?" tanya Bobby yang juga mendengar nama pria yang keluar dari mulut Lisa
"Kurang lebih begitu, berpura-puralah tidak mendengar apapun," pinta Jiyong dan Bobby hanya diam. Tentu saja ia bisa menebak kalau itu bukan masalah sepele bagi Lisa dan tentu saja Bobby mengerti bagaimana rasanya memahan sakit luar yang biasa di dalam dada.
Jiyong bukanlah tipe pria baik yang dapat merasakan luka orang lain. Hampir tidak ada rasa empati selama sepuluh tahun terakhir hidupnya. Tidak ada rasa benar-benar peduli selama ini. Dalam satu momen mungkin ia merasa kasihan dan menolong seseorang yang menemuinya untuk meminta bantuan. Namun tidak pernah lagi muncul perasaan peduli pada orang-orang disekitarnya. Seakan ia lupa caranya menawarkan bantuan. Seakan ia hanya mengenal satu cara untuk membantu seseorang— uang.
"Kau tahu password rumahnya?" tanya Jiyong sembari membawa Lisa yang masih terlelap di punggungnya.
"Tidak, dia bisa menginap di tempat-"
"Baiklah, aku akan membawanya ke apartemenku," sela Jiyong sebelum Bobby sempat menawarkan apartemennya.
Jiyong membaringkan Lisa di kamarnya, di atas ranjangnya dan Bobby menaruh barang-barang gadis itu di meja sebelah ranjang. Lantas keduanya meninggalkan Lisa sendirian di dalam kamar seorang G Dragon dan menutup pintunya.
"Hyung, kenapa kau mengajukan cuti selama itu? Apa di tempatmu bekerja cuti 2 tahun di izinkan?" tanya Bobby disaat ia duduk di hadapan Jiyong dan makan bersama di meja makan rumah Jiyong.
"Kau membongkar-"
"Kau meninggalkan suratnya di kursi mobilmu tadi, ku pikir sampah," sela Bobby dan Jiyong hanya menangguk. "Kenapa mereka mengizinkanmu cuti 2 tahun?" ulang Bobby, masih penasaran.
"Bahkan kalau aku cuti 4 tahun mereka tidak akan protes, cuti 2 tahun hanya berarti aku tidak akan mengadakan konser, merilis lagu, muncul di televisi atau menghadiri acara-acara lainnya, pekerjaanku tidak hanya itu,"
"Lalu? Menulis lagu? Kau akan menghabiskan dua tahun untuk menulis lagu? Berapa banyak lagumu?"
"hampir tujuh ratus lagu kalau aku menulis satu lagu dalam satu hari selama dua tahun penuh,"
"Heish... tidak mungkin kau akan merilis lagu sebanyak itu, maksudku berapa lagu yang layak dirilis dengan persiapan dua tahun?"
"Tidak tentu, mungkin 5 sampai 7 lagu, satu album,"
"Kau benar-benar produktif, tapi kenapa kau cuti selama itu?"
"Entahlah, aku hanya sedang merasa tersesat," ucap Jiyong sembari menyendok makanannya. "Kau akan pergi kan? Bisa aku minta tolong? Bawakan semua kotak itu," suruh Jiyong, sembari menunjuk setumpuk kotak di dekat pintu rumahnya.
"Bawa kemana?"
"Tempat sampah,"
"Apa isinya?"
"Hanya barang-barang tidak berguna."
Bobby pergi dari rumah Jiyong dengan dua kotak coklat besar ditangannya. Pria itu membawa kedua kotaknya ke tempat pembuangan sampah di sudut tempat parkir. Awalnya Bobby hanya akan menaruh kotak itu begitu saja, namun ia justru penasaran dan membuka kotak-kotak itu. Kotak-kotak itu berisi sepatu pasangan, jam tangan pasangan, gelang pasangan, kaus, sweater dan segala hal yang berbau pasangan lainnya. Ada juga beberapa bingkai foto yang sudah tidak melindungi foto apapun di dalamnya.
"Wah... Jiyong hyung sungguhan putus," ucap Bobby sembari berjalan meninggalkan kotak-kotak itu di tempat sampah. Bobby hanya ingin melihat apa sampah yang ingin Jiyong buang, ia tidak tertarik untuk menyimpannya. Ia bukan pria yang akan menyimpan kenangan orang lain, dia tidak akan mau repot-repot menyimpan semua itu bahkan untuk Jiyong sekalipun.
Bobby akan kembali ke apartemennya, namun di lorong ia melihat Jennie dan suaminya berdiri di depan apartemen Lisa. Jennie mencoba membuka pintunya sementara Yoongi berusaha untuk membawa Jennie pergi dari sana.
"Apa kalian mencari Lisa?" tegur Bobby membuat Jennie menghentikan gerakannya menekan tombol di pintu "Lisa baru saja pergi, sekitar lima menit yang lalu, tidak berpapasan dengannya di bawah?" tanya Bobby.
"Sudah ku bilang dia tidak akan ada di sini, dia mungkin sedang bersama pria itu sekarang, ayo pergi," ucap Yoongi sembari menarik Jennie, namun Jennie menolak. Jennie bersikeras kalau ia ingin menemui Lisa. Jennie bilang dia ingin melihat keadaan adiknya.
"Kau sudah merebut semua miliknya! Kau masih mau merusaknya lagi?! Kau sudah membuatnya terlihat seperti orang gila setahun lalu! Kau masih belum puas?! Ayolah Jennie! Aku menyukaimu tapi kenapa sekarang aku merasa kau benar-benar berubah?! Kau- augh! Terserah padamu! Aku akan tidur di asrama malam ini!" bentak Yoongi membuat Jennie menundukan kepalanya dan Bobby yang sebelumnya akan melangkah masuk ke dalam apartemennya justru menikmati tontonan itu.
"Kau menyukaiku?! Kau menyukaiku tapi tidak pernah bisa melupakan Lisa?! Dia benar-benar mendorongku waktu itu! Dia benar-benar gila dan dia pantas masuk rumah sakit jiwa itu! Kau hanya tidak tahu bagaimana gilanya Lisa!"
"Kau yang perlu masuk rumah sakit jiwa Jennie," ucap Yoongi sembari melangkah menjauhi gadis itu, menyusuri lorong dan menghilang di balik pintu lift, meninggalkan Jennie yang masih berusaha mencari password rumah Lisa. Bobby menghela nafasnya, melihat gadis yang di matanya tidak terlihat sehat itu lalu memilih untuk berlalu, masuk ke dalam apartemennya sendiri. Pikiran gadis itu pasti bermasalah⸺ duga Bobby.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Loser
FanfictionFanfiction untuk Kwon Jiyong dan Lalisa Sejujurnya, aku tidak pernah cocok dengan dunia, aku selalu sendirian. Sudah lama, sejak aku lupa akan cinta. Aku tidak lagi mendengarkan lagu cinta yang penuh Harapan. Kamu dan aku, kita berdua, hanya badut s...