***
Hari berganti, tidak ada lagi Yoongi atau Jennie yang muncul di hari-hari Lisa dan itu justru membuatnya baik-baik saja. Lisa pergi kuliah, pergi terapi dan bermain seperti biasanya. Seolah ia memang diciptakan untuk itu. Terkadang gadis itu ikut dengan Mino ketempat latihannya, mengunjungi Bobby di restorannya atau mengganggu Jiyong di apartemennya. Disaat ia melakukan semua itu, Lisa bisa melupakan Jennie juga Yoongi yang mengganggu perasaannya.
Seperti sekarang, gadis itu sudah hampir 15 menit memainkan bel rumah Jiyong di tengah malam. Menekan bel itu berkali-kali dan berharap bunyi belnya akan menganggu Jiyong yang sedang tidur. Alasannya? Gadis itu tidak bisa tidur dan bosan sendirian di apartemennya. Ia melangkah di sepanjang lorong, bermain dengan tiga bel apartemen para tetangga. Menekan bel apartemen Mino, kemudian Bobby lalu apartemen Jiyong dan kembali ke apartemen Mino lagi, begitu terus selama 15 menit. Padahal ia bisa dengan mudah masuk ke apartemen Bobby, namun mengganggu dan menekan bel terasa lebih menyenangkan baginya.
"Ya!" bentak Mino, Bobby dan Jiyong, bersamaan dengan suara tiga pintu yang dibuka dengan kasar.
"Ini baru jam 3 pagi! Kenapa kau terus menekan bel rumahku?!" tanya Mino dengan wajah kesal, pria itu masih memakai piyamanya.
"Aku baru saja tidur 1 jam yang lalu! Apa yang kau mau hah?!" tambah Bobby. "Kau bahkan sudah hafal password rumahku, kenapa kau tidak masuk saja?! Kau membuatku gila!" omel Bobby, yang terganggu dengan alasan yang begitu jelas.
"Apa aku boleh memukul seorang gadis sepertinya?" tanya Jiyong yang tidak kalah kesal. "Aku sedang bekerja!" pria itu juga marah. Dan tidak ada yang bisa menyalahkan sikap ketiga pria marah itu.
"Hehe aku bosan dan tidak bisa tidur... maaf," ucap Lisa dengan senyuman manisnya, disusul helaan nafas tiga pria yang masih berdiri dipintu mereka masing-masing. "Kalau begitu kembalilah tidur, aku akan bermain dengan tenang di apartemen Jiyong oppa saja hehe," ucap Lisa sembari berlari masuk ke apartemen Jiyong. Sedikit hati nurani⸺ yang hanya sedikit⸺ merasa perlu membiarkan Bobby dan Mino tidur.
"Augh! Mengganggu!" keluh Bobby dan Mino bersamaan disusul suara bantingan pintu yang luar biasa keras. Dua pria itu memakai seluruh kekuatan mereka hanya untuk menutup pintu. Kekuatan yang biasanya mereka pakai untuk berkelahi.
"Ya! Apa yang kau⸺ astaga! Jangan menyentuhnya!" bentak Jiyong sembari menarik Lisa yang tengah berjinjit untuk mengambil sepatu di rak kaca di atas TV .
"Aku mau membantumu menemukan Cinderellamu oppa... pasti ada nama di sepatunya!"
"Tidak perlu! Kenapa kau ke sini hah?! Ini sudah jam 3 pagi!"
"Bermain? Aku tidak bisa tidur dan takut sendirian di rumah, ayolah oppa kan tidak sedang tidur, oppa juga tidak bisa tidur kan? Oppa baru saja bangun setelah tidur 20 jam, iya kan? Aku menunggumu berjam jam di depan pintu tadi pagi, dan oppa sama sekali tidak keluar, kau bahkan tidak mengangkat teleponku."
"Darimana kau tahu aku tidur seharian? Jangan bilang kau melompat di balkon lagi?!" tanya Jiyong dan Lisa hanya mengangguk sembari tersenyum malu-malu. Ia sudah dua kali melompat dari balkon rumah Bobby hanya untuk mengecek Jiyong dan tidurnya.
"Augh! Sudah kubilang jangan melompat di balkon! Itu berbahaya!"
"Aku tidak akan melompat lagi kalau sudah jatuh... oppa, kau benar-benar sedang bekerja? Bekerjalah... jangan buang tenagamu untuk memarahiku," ucapnya tanpa malu. Tanpa peduli kalau ialah yang membuat Jiyong kesal malam ini.
"Kalau begitu pulang-"
"Aku tidak akan mengganggumu, sungguh, aku hanya akan diam dan duduk di sini," ucap Lisa sembari berlari dan duduk di depan sebuah piano di ruang kerja Jiyong. Semua apartemen di lantai 20 memiliki susunan ruangan yang sama, dengan tiga kamar di dalamnya. Namun Jiyong membongkar sedikit bangunan itu dengan memperluas salah satu kamarnya dan menjadikannya sebagai ruang kerja bersistem studio musik dengan berbagai alat musik di dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loser
FanfictionFanfiction untuk Kwon Jiyong dan Lalisa Sejujurnya, aku tidak pernah cocok dengan dunia, aku selalu sendirian. Sudah lama, sejak aku lupa akan cinta. Aku tidak lagi mendengarkan lagu cinta yang penuh Harapan. Kamu dan aku, kita berdua, hanya badut s...