17

2.1K 317 8
                                    

***

Lisa dan Jiyong menghabiskan dua botol Wiski malam itu. Keduanya mengobrol, membicarakan banyak hal hingga balkon terasa terlalu dingin dan mereka melanjutkan obrolan mereka di ruang tengah. Masih ditemani wiski, mereka terus membuka rahasia masing-masing. Melucuti satu demi satu rahasia yang sebelumnya tidak pernah mereka bicarakan. Mengeluarkan satu demi satu cerita yang tertumpuk, menggunung dalam sudut hati masing-masing. Cerita-cerita itu memang sudah usang, sudah lama tertumpuk dan tidak tersentuh.

"Kau percaya pada cerita Cinderella?" tanya Jiyong dengan kepala yang sudah berdenyut, pria itu berbaring di sofa panjangnya. Sementara Lisa duduk di atas karpet, bersandar pada sofa panjang di belakangnya.

"Hm... ya, selama tidak ada ibu peri ditengah ceritanya," jawab Lisa yang ternyata toleransi terhadap alkoholnya sama kuat dengan Jiyong. Tubuh kecil gadis itu ternyata jauh lebih kuat dibanding kelihatannya.

"Kau lihat sepatu kets hitam di atas rak itu?" tanya Jiyong sembari menunjuk sepasang sepatu kets hitam, sepatu sekolah untuk siswa perempuan dari salah satu sekolah swasta. "Seorang cinderella meninggalkan sepatu itu, ditahun 2013, saat aku belum membeli apartemen ini,"

"Aku juga punya sepatu itu, itu sepatu sekolahku,"

"Oh ya? Kau sekolah di sana? Angkatan berapa? Kau mengenal pemiliknya?"

"Aku lulus 2014, dan- kenapa oppa bodoh? Oppa sudah mabuk hm?" tanya Lisa sembari menyandarkan kepalanya di perut Jiyong, meletakan tangannya di atas dada Jiyong dan menepuk pelan pipi pria itu, "ada ratusan gadis yang punya sepatu itu oppa... itu sepatu khusus untuk hari senin sampai rabu. Aku saja punya 3 atau 4? Tapi salah satunya hilang entah di mana," jelasnya.

"Ah begitu? Jadi cinderellaku banyak??"

"Astaga... kau pangeran bodoh oppa, bahkan pangeran Cinderella sudah bodoh dan kau lebih bodoh lagi," ucap Lisa sembari menyesap kembali Wiskinya. "Pangeran bilang Cinderella adalah cinta sejatinya, tapi kenapa dia melupakan wajah cinta sejatinya dan memilih keliling negeri untuk mencari kaki yang muat dengan sepatu kaca? Bodoh bukan? Memangnya mungkin di negeri itu hanya ada satu gadis dengan ukuran sepatu 39?"

Jiyong tertawa, "benar, dia bodoh... dia sudah berdansa dengan Cinderella tapi tidak mengingat wajahnya... tapi aku juga tidak ingat wajah pemilik sepatu itu, aku mabuk dan melupakan wajahnya, dia juga mabuk dan hanya meninggalkan sepatunya di dekat mobilku," cerita Jiyong, membuat Lisa terbahak-bahak setelahnya.

"Gadis itu pergi tanpa sepatu? Ternyata dia lebih bodoh darimu..." seru Lisa, di tengah tawanya.

"Gadis bodoh yang menarik⸺ ya! Jangan menghina Cinderellaku!"

Lisa terkekeh, menaruh tangannya melintang di perut Jiyong dan menyandarkan kepalanya di sisi tubuh pria itu. Jiyong pun terkekeh, mereka sudah cukup mabuk sekarang. Pria itu menghalangi cahaya lampu yang mengusik matanya dengan lengan kirinya, dan menaruh tangan kanannya di bahu Lisa, seakan hendak memeluk leher gadis itu. Walau bukan begitu rencananya. Jiyong hanya ingin menumpangkan tangannya di bahu Lisa kemudian terlelap tanpa ancang-ancang.

Lisa yang pertama kali bangun karena cahaya matahari yang membuat punggungnya terasa hangat, ia menggerakan tubuhnya yang menimbulkan bunyi gemeretak dari tulang tulangnya. Tubuhnya pegal, posisi tidurnya membuat tubuhnya sakit seperti nenek tua dengan bunyi gemeretak di setiap sendinya. Tenggorokannya terasa sangat kering ketika ia melepaskan tangan Jiyong dari lehernya lantas melihat sekelilingnya. Melihat jam di dinding dan melihat jarum jamnya yang sudah berada di angka sepuluh.

Lisa mengerang saat memaksakan tubuhnya untuk bangun namun itu sama sekali tidak membangunkan Jiyong. Suara erangannya tidak sepelan itu, hanya saja Jiyong tidur terlalu nyenyak saat itu. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul ia berjalan pulang ke apartemennya, berniat melanjutkan tidur di kamarnya sendiri. Gadis yang belum benar-benar bangun itu bahkan lupa memakai sepatunya ketika berjalan pulang ke apartemennya. Kebiasaannya saat mabuk ternyata belum berubah.

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang