***
Kwon Jiyong tengah berada di keramaian pesta, di salah satu kelab malam yang tidak jauh dari rumahnya. Ia ada di sana bersama teman-teman sepermainannya. Asap rokok, aroma alkohol, aroma dari parfum orang-orang dan pengharum ruangan bercampur menjadi satu, membuat sensasi memabukan bagi setiap pengunjungnya. Pria bertato itu berdiri di dekat si DJ yang tengah bermain dengan musiknya. Ia berdiri bersama beberapa orang lainnya. Botol wiski ditangannya sudah setengah diminum dan disaat kapalanya sudah mulai berdenyut, ia memilih untuk menyingkir dari tempat itu.
Langkah kakinya terhenti di tempat parkir. Dilihatnya seorang gadis cantik bak boneka berlari melewatinya. Rasanya ia mengenali gadis itu, rasanya gadis itu terlihat seperti tetangganya. "Kenapa gadis kecil sepertinya bermain di sini?" gumam Jiyong bertanya-tanya. Jiyong hanya bertanya-tanya, tanpa punya niatan untuk mencaritahu lebih jauh lagi. Pria itu kemudian kembali melangkahkan kakinya, berjalan menuju mobilnya namun tanpa aba-aba sebuah tangan meraihnya.
"Oppa, kau tinggal di Galleria Foret 204 kan? Oppa ingat aku? Aku tinggal di 202," ucap gadis itu, gadis cantik bak boneka tadi. "Tolong aku... Mino- Mino oppa berkelahi di kamar- kamar- kamar lantai dua, di mana itu?" lanjutnya tanpa memberi jeda untuk Jiyong mencerna pertanyaannya.
"Ya? Apa maksudmu?" tanya Jiyong, tidak benar-benar mengerti apa yang dimaksud gadis itu. Jiyong bahkan tidak tahu siapa Mino.
"Mino- maksudku pria yang tinggal di 201, dia ada di lantai dua. Seorang gadis menelponku dan- dan dia bilang Mino akan membunuhnya- tolong antar aku ke lantai dua, sebelum seseorang benar-benar mati," pinta Lisa sekali lagi dan kali ini Jiyong memahaminya.
Jiyong berjalan bersama Lisa ke lantai dua. Laju langkah mereka lebih cepat dari biasanya, namun tidak bisa benar-benar disebut berlari. Mereka tiba di lantai dua, mencari kamar yang Lisa maksud kemudian menemukannya. Tapi apa yang ada di kamar itu tidak seperti kisah yang Lisa ceritakan. Saat mereka datang, Mino tengah duduk di lantai, bersandar pada ranjang masih dengan pakaian lengkapnya. Hanya wajahnya yang berantakan- babak belur karena seseorang. Sedang di tengah-tengah ruangan itu ada Bobby yang tengah mengatur nafasnya, terlihat begitu lelah.
"Kau datang? Sudah ku bilang tidak perlu datang, aku ada di bawah saat kau menelponku tadi," jelas Bobby sembari meraih jaketnya di atas ranjang.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Lisa hendak menghampiri Bobby, namun Jiyong menahan tangannya. Jiyong pikir akan jadi masalah kalau gadis yang jadi tetangganya itu bermasalah dengan berandal seperti Bobby. Jiyong tidak ingin menjadi saksi perkelahian apapun malam ini.
"Tidak terjadi apapun, sudah selesai, kau bisa menyetir motor? Tentu saja tidak bisa, jadi bagaimana caramu ke sini tadi?" tanya Bobby.
"Naik taksi,"
"Taksi? Kurasa sulit membawanya pulang dengan taksi," ucap Bobby kemudian melirik Jiyong, Lisa pun melakukan hal yang sama, seakan mengerti maksud tatapan Bobby.
"Oppa, apa kau membawa mobilmu ke sini?" tanya Lisa dan Jiyong hanya mengangguk. "Bisa beri kami tumpangan untuk pulang? Kita berempat tinggal di tempat yang sama," tanya Lisa disaat Jiyong masih belum memahami situasi di sana secara keseluruhan.
"Hanya memberi tumpangan padanya dan dia," tambah Bobby sembari menunjuk Lisa dan Mino dengan dagunya "aku harus membawa motor Mino hyung," jelas Bobby namun tidak cukup memberi Jiyong alasan untuk mau mengantar dua orang itu pulang.
Pada akhirnya Jiyong tetap memberikan tumpangan pada dua bocah itu⸺ Lisa dan Mino. Ia dan Bobby membantu Mino yang sudah kehilangan kesadarannya ke mobil, sementara Lisa membawakan barang-barang mereka. Malam itu Jiyong mengemudi, dengan Lisa yang duudk di sebelahnya dan Mino yang berbaring di kursi penumpang bagian belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Loser
ФанфикFanfiction untuk Kwon Jiyong dan Lalisa Sejujurnya, aku tidak pernah cocok dengan dunia, aku selalu sendirian. Sudah lama, sejak aku lupa akan cinta. Aku tidak lagi mendengarkan lagu cinta yang penuh Harapan. Kamu dan aku, kita berdua, hanya badut s...