***
Lisa dan Jiyong menunda acara belanja mereka dan membawa tiga teman Lisa ke apartemen. Jiyong sendiri kembali ke apartemennya, ia meninggalkan Lisa dan teman-temannya, memberi mereka waktu untuk saling berbalas rindu.
"Beristirahatlah, tapi hanya ada satu ranjang di sini, kalian bisa tidur di sofa. Nanti aku akan meminta seseorang membawakan ranjang lain ke sini."
"Tidak perlu menyiapkan apapun Lisa, ini cukup," susul Mark yang sudah lebih dulu meraih bir di kulkas. Bahkan pemilik rumahnya belum sempat masuk ke dapur.
"Ah iya, kalian ingat Jisoo?"
"Tentu, dia sudah lebih dulu kembali ke Korea, kau bertemu dengannya lagi?" tanya Rose.
"Oppa, bacalah berkas di amplop coklat di atas meja, di depanmu," ucap Lisa pada Ten yang sudah lebih dulu berbaring di sofa. "Baca sampai selesai tapi jangan memikirkan rencana balas dendam apapun," perintah Lisa, tentu mengundang rasa penasaran siapapun yang mendengarnya.
Ten menuruti Lisa, membuka amplop itu dan membaca isinya. Tidak satupun yang bicara selama Ten membaca.
"Kenapa?" tanya Rose setelah melihat Ten menaruh berkas itu di atas meja.
"Jisoo sudah mati- meninggal," ucap Ten sedikit berbisik, disusul suara remasan kaleng bir dari Mark. Mark dan Rose langsung berebut berkas itu, sementara Ten hanya diam menatap Lisa, "dia di dorong dari lantai 20? Di gedung apartemen ini?" tanya Ten, memastikan ia tidak salah membaca tulisan dalam berkas tadi.
Lisa hanya mengangguk untuk memberi jawaban pada Ten dan suara Rose mulai terdengar, wanita itu bertanya, "bagaimana mungkin ada orang jahat yang tega membunuh gadis baik seperti Jisoo eonni?"
"Kekasihnya masih tinggal di rumah ini? Dia tidak merasa bersalah?"
"Dia masih tinggal di depan, dan masih terus menyiksa dirinya sendiri dengan kenangan mereka, minum-minum sendirian sampai mabuk dan pingsan setiap malam," ucap Lisa menyela suara Mark yang hendak mengeluarkan konspirasi-konspirasi kebencian. Mark tidak tahu bagaimana Bobby hidup selama ini dan ia tidak berhak membuat kesimpulan-kesimpulan hanya dari angan-angan dalam kepalanya. Apa yang Mark anggap kepastian, sesuatu yang masuk akal dan logis belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Lisa ada di sana untuk menahan Mark juga konspirasinya.
"Kau mengenalnya? Dia tahu kalau kau mengenal Jisoo eonni?" tanya Rose kemudian Lisa menganggukan kepalanya.
"Hm... aku mengenalnya dan dia tahu kalau aku— kita beteman dengan Jisoo eonni, dia sudah tahu, dia sedang bekerja sekarang, dan akan pulang nanti malam."
Intro dari lagu bullshit menginterupsi pembicaraan mereka. Gadis itu meraih handphonenya di atas meja dan melihat nama Jiyong dilayarnya.
"Kenapa dia menelpon? Seperti apartemennya ada di Jeju saja," gumam Lisa pada handphonenya "aku ke apartemen Jiyong oppa sebentar ya, kalian beristirahat di sini dulu."
Gadis itu berlari keluar apartemennya bersamaan dengan Jiyong yang membuka pintu apartemennya.
"Kenapa menelponku?" tanya Lisa sembari melangkah masuk ke dalam apartemen Jiyong "huh? Oppa akhirnya membuka sepatu Cinderellamu? Seharusnya ada nama pemiliknya di bagian dalamnya,"
"Tebak nama siapa yang ada di sana,"
"Siapa? Apa kau akan menikahinya kalau bertemu dengannya? Seperti pangeran?"
"Menikahinya? Kurasa aku perlu berfikir ulang kalau soal itu,"
"Kenapa? Oppa mengenal pemilik- ya! Ini sepatuku! Oppa mencurinya ya?!" seru Lisa setelah melihat bagian dalam sepatu itu dan mendapati namanya ada di sana
KAMU SEDANG MEMBACA
Loser
FanfictionFanfiction untuk Kwon Jiyong dan Lalisa Sejujurnya, aku tidak pernah cocok dengan dunia, aku selalu sendirian. Sudah lama, sejak aku lupa akan cinta. Aku tidak lagi mendengarkan lagu cinta yang penuh Harapan. Kamu dan aku, kita berdua, hanya badut s...