9

2.4K 363 17
                                    

***

Jiyong membiarkan pintu balkonnya sedikit terbuka, membiarkan Lisa mendengar teriakan Bobby di sebelah. "Sudah kan? Berhentilah menangis," ucap Jiyong sembari menggandeng Lisa yang berdiri didekat pintu balkon itu agar duduk di sofa.

"Kenapa dia sangat menyedihkan begitu? Siapa Jisoo? Kemana dia pergi?" tanya Lisa dengan air mata yang masih mengalir. Jiyong bilang Lisa sama menyedihkannya dengan Bobby sekarang. Selembar tisu Jiyong berikan pada Lisa, namun Lisa hanya memegangi tisu itu. Hingga akhirnya Jiyong gemas kemudian memakai tisu lain untuk menyeka air mata Lisa yang sudah duduk.

Suara tangisan Bobby yang membuat Lisa sedih. Suara itu membuat air matanya tidak mau berhenti mengalir, bahkan saat Mino yang ada di sana mengulurkan tangannya untuk memberi Lisa segelas air. Mino yang membuka lemari es Jiyong tanpa bertanya terlebih dulu, justru mengomentari makanan kadaluarsa di dalam sana. Seolah ia tidak tertarik dengan Bobby dan cerita kesedihannya. Lisa meraih gelas itu lalu menggenggamnya, merasakan kehangatan di gelas itu melalui telapak tangannya.

"Kau mengenal Jisoo hyung?" tanya Mino sembari duduk di salah satu sofa single. "Kau bahkan tidak mengenal Bobby, mana mungkin mengenal kekasihnya," lanjut Mino, meralat sendiri pertanyaannya.

"Saat aku baru satu bulan tinggal di sini ada seorang gadis yang melompat dari balkonnya," cerita Jiyong. Ia memang tidak mengenal Bobby, namun kejadian menggemparkan itu tentu tidak akan ia lewatkan. Saat itu semua orang membicarakannya. Jiyong tidak mungkin tidak mendengar cerita itu.

"Lalu bagaimana keadaan gadis itu?" tanya Lisa sembari menghapus air matanya dengan tisu pemberian Jiyong yang sudah kusut karena pegangannya.

"Tentu saja langsung meninggal, kita ada di lantai dua puluh, mana mungkin hanya patah tulang" jawab Jiyong

"Satu bulan? Berapa lama kau sudah tinggal di sini hyung?"

"Aku tinggal di sini sudah sekitar 8 bulan, kenapa? Kapan kau tinggal di sini?"

"Bobby oppa sudah tinggal di sana sejak tahun lalu, kalau satu bulan setelah oppa tinggal di sini ada gadis yang jatuh, berarti itu tiga bulan setelah Bobby oppa tinggal di sana- tunggu- mungkinkah gadis itu kekasih Bobby oppa? Gadis itu Jisoo?" ucap Lisa dengan wajah terkejut yang tidak dibuat-buat. Kini ketiganya terdiam, larut dalam pikiran masing-masing.

Pria seperti Bobby yang terlihat sangat berantakan ternyata punya luka yang sangat besar.

Pria yang terlihat malas, pemberontak tanpa akal yang kelihatannya hanya membenci dunia, ternyata sedang sangat terluka dan tidak ada yang menyadarinya.

Kini Mino tahu alasan Bobby sangat suka minum dan hidup berantakan. Ternyata itu terjadi bukan karena Bobby memang terlahir malas dan jorok. Kini Lisa tahu alasan Bobby tidak mengurus dirinya sendiri. Kini Jiyong tahu bagaimana hancurnya seorang pria hanya karena seorang wanita.

Jiyong merogoh sakunya, hendak menelpon Bora, namun gerakan tiba-tiba Lisa membuatnya menoleh. Gadis itu berdiri dan langsung berlari keluar. Lisa tidak bisa diam saja melihat orang disekitarnya terluka. Lisa bukan orang yang akan diam saja melihat temannya hancur perlahan-lahan. Mino dan Jiyong mengikuti Lisa, namun gadis itu sudah menutup pintu pintu apartemen Bobby, sudah mengunci pintunya dan berjalan menghampiri Bobby yang masih menangis sendirian di balkon.

"Oppa..." ucap Lisa sedikit terisak. Bobby menoleh, melihat wajah gadis manis yang sebelumnya tidak pernah menangis dihadapannya itu. "Oppa... maafkan aku... aku tidak tahu kalau rencaku bisa melukaimu... maafkan aku..." ucap Lisa di tengah isakannya.

Lisa duduk di lantai, menekuk kedua kakinya dilantai dan menutup wajahnya dengan kedua tangannya, enggan menunjukan wajahnya yang memerah dan air mata yang terus mengalir pada Bobby. Menangis sambil terus meminta maaf.

"Jisoo-ya... jangan menangis... maafkan aku... hm? Maafkan aku... Jisoo-" ucap Bobby yang juga meneteskan air matanya sembari menghampiri Lisa. Lisa menatap Bobby, ingin mengatakan kalau dia bukan Jisoo namun ucapan Bobby seakaan mencekik lehernya "maafkan aku... harusnya aku tidak meninggalkanmu waktu itu... maaf... harusnya aku mengganti password pintu kita— harusnya aku tidak memaksamu untuk pulang waktu itu— maaf... karenaku mereka melukaimu... maafkan aku- karenaku mereka mendorongmu—"

"Oppa... itu bukan salahmu-" Lisa sedikit tergagap karena terkejut mendengar cerita Bobby yang kali ini sudah mabuk. Namun Bobby tidak mendengarnya. Bobby hanya terus meminta maaf pada Lisa yang terlihat seperti Jisoo di matanya.

"Jisoo-ya maafkan aku... harusnya aku membiarkanmu tetap di Jepang— maafkan aku— maafkan aku Jisoo—" Bobby terus memanggil Lisa dengan nama Jisoo dan terus meminta maaf padanya, mengguncang tubuh Lisa yang masih terkejut karena ceritanya.

Mino dan Jiyong melompat masuk ke balkon rumah Bobby karena mereka tidak dapat membuka pintunya dan Lisa yang tidak kunjung keluar. Kedua pria itu melihat wajah terkejut Lisa juga melihat Bobby yang terus mengguncang bahu gadis itu. Mino menarik Bobby menjauh Lisa, namun teriakan Bobby semakin kencang. Akal sehatnya benar-benar sudah hilang.

"Woah... Dia sudah minum 3 botol wiski dan sebotol wine," ucap Jiyong setelah melihat botol-botol itu di balkon. Mino menyeret Bobby yang sudah sangat mabuk masuk ke dalam kamarnya sementara Jiyong berjongkok di depan Lisa, "kau baik baik saja? Dia melukaimu?" lembut Jiyong.

Lisa menggeleng mendengar Jiyong, mendorong pelan pria itu dan kembali meninggalkannya. Jiyong mendesah kesal karena itu sudah ketiga kalinya Lisa meninggalkannya. Sialnya, rasa kasihan tetap membuat Jiyong mengejar Lisa.

"Tunggu, ada apa?" ucap Jiyong sembari menahan Lisa di depan pintu apartemen 202

"tidak ada, aku lelah, aku harus tidur," ucap Lisa sembari melepaskan tangannya dari genggaman Jiyong dan masuk ke dalam apartemennya.

Gadis itu melangkah masuk ke dalam kamarnya, membuka laci meja kecil di kamarnya dan mencari obatnya. Lisa berusaha membuka botol obat itu dengan tangan gemetarnya, namun botol itu justru jatuh dan menumpahkan isinya. Dengan mata yang tidak lagi fokus, dada yang sesak dan jantung yang berdetak sangat cepat Lisa meraup obatnya di lantai dan memaksa dirinya untuk menelan pil-pil putih itu.

"Oppa... Yoongi oppa... tolong jangan-" lirihnya sebelum obat yang baru saja di minumnya bekerja. Sebelum pil putih itu membuatnya jatuh di lantai dan terlelap di sana. 

***

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang