16

2.3K 330 16
                                    

***

"Bisakah oppa tetap di sini?" pinta Lisa yang tengah berbaring di atas ranjang Jiyong sembari memegangi ujung kaus pria yang akan beranjak bangun dan keluar dari kamar itu. "Aku sedang tidak ingin ditinggalkan sendirian..." bujuk gadis itu. Jiyong bisa saja tetap di sana, menemani Lisa sampai gadis itu terlelap, namun apa yang Jiyong tawarkan malam itu justru obat yang membuat Lisa terlelap seharian tadi.

"Kau butuh obatmu?"

"Tidak... aku butuh teman mengobrol," jawab Lisa. Ia bergerak untuk duduk lalu bersandar pada kepala ranjang sembari memperhatikan Jiyong yang perlahan ikut duduk di ranjang, di depannya.

"Apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Jiyong yang kini duduk di sana. "Aku tidak pernah duduk di sini berdua dengan seorang gadis yang memakai rok sebelumnya, bagaimana kalau kita mengobrol di balkon?" tawar Jiyong, tentu harus menghindari segala bentuk kecelakaan yang mungkin akan terjadi di antara mereka.

"Tidak masalah, tapi pinjamkan aku selimut ini," ucap Lisa sembari menarik selimut tebal milik Jiyong dan melilit tubuhnya dengan selimut itu.

Jiyong tertawa, "apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jiyong sembari mengamati gadis yang seperti gulungan sushi itu

"Menghangatkan tubuhku, ayo keluar," ucap Lisa, ia berjalan dengan langkah-langkah kecil, menuju balkon di sebelah ruang tengah. Masih tertawa karena tingkah Lisa, Jiyong memberi gadis itu sedikit saran.

"Pasti sulit berjalan begitu, melompat saja," ucap Jiyong yang masih berdiri di sebelah ranjang, menonton Lisa yang kesulitan dengan langkahnya dari belakang.

"Begini?" tanya Lisa sembari melompat mengikuti saran Jiyong, namun ternyata melompat pun tidak banyak membantu— Lisa tetap kesuliatan dengan langkahnya. Jiyong tekekeh lagi lalu memutuskan untuk membantu gadis itu, mengangkat gadis itu dan membawanya di bahu.

"Astaga! Oppa!" pekik Lisa karena terkejut. "Jadi seperti ini rasanya diculik? Astaga... astaga... menakutkan," serunya setelah Jiyong menurunkannya di kursi kayu, di balkonnya.

"Benar-benar mengerikan oppa..." ulang Lisa yang tetap membuat Jiyong tekekeh. Kini Jiyong duduk di kursi lainnya, di sebelah Lisa dengan sela sebuah meja kecil untuk meletakan asbak dan dua kaleng bir.

Setidaknya Lisa terlihat lebih hidup setelah berteriak tadi. Gadis itu bahkan bisa mengeluh sekarang. Mengeluh dan bilang kalau ia tidak mau lagi di gendong di bahu. "Tapi, kalau oppa mau menggendongku ala-ala bridal style yang romantis itu aku mau," tambah gadis itu di akhir keluhannya. Sayangnya, Jiyong langsung menolak permintaan itu. Ia telah menggendong Lisa berkali-kali hari ini, dan ia tidak ingin melakukannya lagi dalam waktu dekat nanti.

Lisa tertawa karena mendengar keluhan balasan dari Jiyong. Rasanya lucu, mendengar seseorang mengeluh setelah berbuat banyak untuknya. Rasanya lucu, mendengar Jiyong yang sebelumnya sulit di gapai mengeluh setelah membantunya. Dan rasa itu lebih lucu lagi karena keluhan-keluhan Jiyong tidak terdengar serius. "Terimakasih," ucap Lisa setelah ia tertawa, "besok, akan kubuatkan sarapan untuk membalas kebaikanmu."

"Besok atau nanti? Sekarang sudah jam setengah dua."

Lagi, Lisa tertawa karena obrolan mereka⸺ hanya karena ia tidak menyadari jam berapa saat itu. Dan lagi juga, Lisa berterimakasih pada Jiyong. Kali ini, ia berterimakasih karena Jiyong sudah banyak membantunya hari ini, juga karena Jiyong sudah sangat menghiburnya malam ini.

"Aku tidak sedang mencoba menghiburmu," jawab Jiyong menanggapi ucapan terimakasih yang bertubi-tubi itu. "Aku sedang menghibur diriku sendiri," tambah pria itu, sembari menenggak sekaleng bir miliknya. Jiyong ingin menikmati alkohol yang lebih kuat dari bir, mungkin vodka atau wiski, tapi akal sehat membuatnya menahan diri⸺ ia harus menghindari kecalakaan dalam bentuk apapun.

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang