6

2.6K 359 16
                                    

***

Keesokan harinya, Lisa membawakan dua mangkuk sup pereda pengar ke apartemen Bobby. Ia pun menyiapkan dua mangkuk sup itu di meja makan sebelum kedua pria yang bermalam di sana bangun. Setelah selesai membereskan meja makan dan menulis memo di sana, Lisa kembali ke rumahnya untuk menyiapkan semangkuk sup pereda pengar lainnya. Kali ini ia ingin memberikan sup itu untuk penghuni apartemen 204.

"Ada-"

"Oppa bau alkohol kemarin, dan karena aku membuat banyak sup, jadi aku mengantarkan semangkuk untukmu," sela Lisa sembari menyodorkan sebuah nampan dengan semangkuk sup, nasi, kimchi dan telur gulung di atasnya "aku tidak tahu apa oppa punya nasi atau tidak jadi aku menyiapkannya sekalian. Ini sekaligus ucapan terimakasih karena sudah membantuku semalam." Serang Lisa dengan kata-katanya yang sulit disela.

"Ah... terimakasih?" ucap Jiyong sembari menerima nampan itu. Dini hari tadi tidurnya sudah terganggu karena seorang gadis yang tiba-tiba bertamu dan sekarang seorang pengantar makanan juga datang ke rumahnya. "Mau mampir dulu?" tawar Jiyong sedikit berbasa-basi, sekedar sopan santun yang mungkin dapat menghindarkannya dari kesan pria berengsek.

"Ji, siapa yang datang?" tanya seorang gadis. Perempuan itu melangkah menghampiri Jiyong lantas berdiri di sebelah Jiyong, "kau memesan sup pereda pengar? Kau pergi mabuk-mabukan semalam?" tanya si perempuan dengan nada dan tatapan menyelidik khasnya. Perempuan itu terlihat begitu penasaran, namun Jiyong tidak terlihat tertarik, sama sekali tidak tertarik untuk menjawab pertanyaannya.

"Ah oppa sedang kedatangan tamu? Uhm... harusnya aku membawakan dua mangkuk sup, tunggu sebentar aku ambilkan satu mangkuk lagi," komentar Lisa karena Jiyong tidak kunjung bicara. Jiyong lebih memilih untuk menunggu Lisa menjawab tawarannya, sedang gadis yang berdiri di belakang pria itu masih menunggu Jiyong menjawab pertanyaannya.

"Tidak perlu, ini cukup, dia tidak terbiasa sarapan," balas Jiyong, sembari melirik gadis yang berdiri dibelakangnya itu.

"Ah begitu? Tapi ini sudah hampir siang, sungguhan tidak perlu satu mangkuk lagi? Mungkin untuk makan siang?" tanya Lisa, belum mau menyerah dan justru membuat gadis dibelakang Jiyong sedikit penasaran⸺ sebenarnya siapa gadis pengantar sup ini?

"Sungguhan," tegas Jiyong. "Terimakasih, aku akan memakannya, jadi kau ingin tidak mampir?" ulang Jiyong, masih berusaha untuk memanfaatkan Lisa agar tamu pertamanya segera meninggalkan rumahnya. Sayangnya, Lisa menolak. Gadis itu bilang kalau ia harus pergi ke kampus sekarang. Setelah berpamitan dengan sopan, Lisa melangkah pergi meninggalkan Jiyong dan tamunya. Gadis itu berjalan di lorong, mengecek lebih dulu kunci pintu apartemennya dan baru benar-benar pergi setelahnya.

"Siapa gadis itu?" tanya gadis yang dini hari tadi mengganggu tidur Jiyong— Yoon Bora⸺ tepat setelah Lisa menghilang di balik pintu lift.

"Tetangga," singkat Jiyong sembari menaruh nampannya di atas meja makan. Ia raih sendoknya, kemudian memakan sarapannya pagi ini. Beberapa detik pertama, suasanya tenang. Jiyong dapat menikmati suap pertama sarapannya dengan nyaman. Namun begitu memasuki suap kedua, tatapan sinis kekasihnya mulai terasa mengganggu. "Sampai kapan kau akan di sini? Pulanglah," usir Jiyong kepada gadis itu.

"Oppa! Kenapa kau selalu mengusirku sejak tadi?!"

"Aku bosan mendengar ceritamu tentang managermu, dia sudah menelponku berkali-kali dan dia juga mengirimiku pesan, dia menyuruku mengusirmu," jawab Jiyong, nada bicaranya terdengar tenang namun raut wajahnya menunjukan hal yang sebaliknya. Jiyong sudah kesal, sudah muak.

"Oppa... kenapa kau jadi sangat dingin? Kita sudah berkencan hampir lima tahun! Aku sudah menunggumu selama lima tahun! Kenapa kau tidak mau menikah-"

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang