2

4.6K 428 21
                                    


***

Apartemen 201, Song Mino.

Jam sudah menunjuk pukul tujuh pagi namun pria bermarga Song ini masih enggan membuka matanya. Pria berambut hijau itu baru benar-benar bangun setelah alarmnya bernyanyi selama tiga puluh menit. Pertama-tama pria berusia 24 tahun itu melangkahkan kakinya ke dapur apartemen mewahnya, mengambil sebuah gelas kertas dari lemari di atas wastafelnya kemudian menuangkan air mineral ke dalamnya. Ia meminum air di dalam gelas itu dan melempar gelas sekali pakainya ke dalam tempat sampah.

Selesai minum, seperti sebuah kebiasaan, Mino mengelap beberapa tetes air yang tumpah di dapurnya sebelum mulai melangkah kembali ke dalam kamarnya. Pagi ini Mino mengganti piyamanya dengan sepasang kaus dan celana pendek sebelum kemudian ia mulai mengambil mesin penghisap debu dan membersihkan rumahnya. Ia mengelap seluruh permukaan yang ada di rumahnya selama hampir dua jam. Setelah memastikan seluruh rumahnya sudah bersih, Mino lantas menghabiskan hampir enam puluh menit waktunya dikamar mandi hanya untuk membersihkan tubuhnya. Selesai berpakaian, Mino raih salah satu kunci yang ia gantung di dinding dekat meja makan kemudian melangkahkan kakinya keluar untuk beraktifitas.

Apartemen 202, Lalisa Kim.

Saat ini pukul 06.00 dan gadis itu terlonjak dari atas ranjangnya karena suara alarmnya sendiri. Ia menghela nafasnya dan mulai menertawakan dirinya sendiri⸺ yang kaget karena alarm buatannya sendiri. Lensa matanya memandangi seluruh sudut kamarnya. Ia lihat kain putih ada di mana-mana, masih menutupi seluruh perabot di sana— kecuali ranjangnya.

Gadis 20 tahun itu mendesah pelan, menyemangati dirinya sendiri dan mulai berdiri. Satu persatu kain putih yang menutupi perabotnya ia tarik kemudian dilipatnya.

"Lemari, meja rias, meja belajar, meja lampu dan cermin. Kenapa hanya ini isi kamarku?" kesalnya, setelah melipat seluruh kain putih yang ada di kamarnya. Kaki jenjangnya kemudian membawa ia memasuki kamar mandi di dalam kamarnya. Hanya ada sebuah parfum di atas westafel di sana, tidak ada peralatan mandi lainnya.

"Pertama, peralatan mandi," ucap Lisa. Ia catat daftar belanjaannya di memo handphone-nya sembari melangkah dan membuka lemari pakaiannya. Ia memasukan beberapa potong pakaiannya di sana.

Setelah selesai menata kamarnya, Lisa beralih ke ruang tengah sekaligus ruang tamu rumahnya, kembali melipat semua kain putih yang menutupi sofa, TV, meja dan perabot lainnya. Gadis itu memerlukan waktu 3 jam untuk membersihkan semua perabot di rumah barunya serta mencatat daftar belanjaannya.

Setelah selesai dengan seluruh pekerjaannya, gadis itu mengirim daftar belanjaannya kepada kakaknya kemudian menunggu kakaknya itu menelponnya.

"Halo, eonni?" ucap Lisa setelah lima menit menunggu.

"Halo, Lisa. Kau sudah mencatat semua yang kau butuhkan?" tanya sang kakak, menanggapi daftar yang Lisa kirim.

"Sudah, aku sudah mengirim daftarnya padamu," jawab Lisa.

"Baiklah, aku akan mengirimkan uangnya ke rekeningmu, kau sudah sarapan?"

"Aku akan pergi sarapan sekarang," jawab Lisa, tanpa berencana mengajukan pertanyaan yang sama.

"Baiklah kalau begitu, selamat bersenang-senang dengan rumah barumu," balas sang kakak disusul ucapan terimakasih dari Lisa yang kemudian mematikan panggilan itu dan pergi berbelanja.

Apartemen 203, Bobby Kim.

Alarmnya sudah berbunyi sejak pukul 07.00, namun si pemilik alarm hanya mematikannya dan kembali tidur. Alarm itu kembali berbunyi pukul 09.00, namun si pemilik alarm hanya mematikannya dan kembali tidur. Pukul 11.00 alarm itu kembali berbunyi dan barulah si pemilik alarm benar-benar bangun dari tidurnya. Matanya melihat sekeliling kamarnya dan mendapati kamarnya yang sangat berantakan. Botol wiski bergeletakan di kaki ranjang, juga bungkus camilan disekitarnya, dan kaleng-kaleng bir yang sudah terinjak⸺ terlalu banyak ranjau di lantai kamar itu.

Bobby melangkahkan kakinya menuju kamar mandi kemudian melihat bayangan dirinya di cermin yang sudah retak. Wajahnya terlihat pucat, sudut bibirnya terluka, matanya merah berkantung, sembab serta lebam. Ia benar-benar terlihat mengerikan. Menyedihkan.

Setelah ia berdiam diri di bawah pancuran yang memancarkan air dingin selama beberapa menit, pria yang sebentar lagi akan berumur 22 tahun itu keluar dari kamar mandinya, mencari pakaian bersih di lemarinya dan berjalan keluar dari rumahnya. Berencana melakukan aktifitas rutinnya.

Bobby hanya berencana. Karena pada akhirnya, yang ia lakukan hanyalah berdiam diri di balkon apartemennya dengan rokok dan sebotol wiski pagi.

Apartemen 204, Kwon Jiyong.

Jarum jam belum menunjuk angka empat, alarmnya belum berbunyi dan rasanya ia baru saja tidur beberapa jam lalu ketika seorang pria⸺ yang hanya beberapa tahun lebih tua darinya⸺ membangunkannya. Pria dua puluh sembilan tahun ini mengerang, menolak untuk bangun dan merapatkan selimutnya.

"Ji... bangunlah, sudah waktunya pergi," ucap si pria yang membangunkannya— sang manager.

Jiyong⸺ yang sedang dibangunkan⸺ mengerang. Dengan suara serak khas tenggorokan kering, pria itu lantas berucap, "sebentar lagi hyung..." seraknya sembari menutup wajahnya dengan bantal.

"Bangun sebentar Ji, kau bisa kembali tidur di mobil nanti..." ucap si manager, berusaha tetap lembut. Jiyong bangun, namun tidak dengan suasana hati yang baik. Pria itu berteriak, membentak sang manager dan menolak untuk bangun. Jiyong kemudian melompat, turun dari ranjangnya dengan wajah super kesal. Ia mengejutkan managernya namun itu tidak bertahan lama. Dengan tenang sang manager kembali mengajak Jiyong segera pergi ke mobil yang sudah lebih dulu ia siapkan.

Jiyong mengomel sembari melangkah kekamar mandi, ia banting pintu kamar mandi itu dan membasuh wajahnya di sana. Pria yang menjadi pemimpin sebuah grup musik itu sudah harus melangkahkan kakinya keluar dari apartemen hangatnya bahkan sebelum alarmnya sempat berbunyi. Meninggalkan apartemen mewah yang jarang sekali di jelajahi. Melupakan bagaimana rasanya berbaring di ranjang tanpa gangguan sama sekali. Merelakan keinginannya untuk tidur dan berisitirahat lebih lama lagi. 

***

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang