19

2.4K 362 12
                                    

***

Jiyong keluar dari apartemennya dengan celana olahraga, sebuah kaus hitam dan topi hitamnya. Sekarang ia berencana untuk pergi berolahraga di tempat gym setelah bosan bekerja di studio pribadinya. Saat ini baru jam tujuh pagi, ia ingin pergi sendirian namun mengurungkan niatnya karena melihat Jennie di depan apartemen Lisa, menekan bel apartemen gadis itu untuk yang kedua kalinya⸺ dan mungkin akan menekan bel itu beberapa kali lagi kalau tidak ada seorang pun yang menegurnya.

"Permisi, apa kau mencari Lisa?" tanya Jiyong membuat Jennie menoleh dan sedikit terkejut karenanya. Terkejut karena ia melihat Jiyong ada di dekatnya, juga karena pria itu tinggal di dekat adiknya.

"Eh? Bukankah anda kekasih adikku? anda tinggal di sini?"

"Hm... iya, aku tinggal di sini," angguk Jiyong sembari menunjuk pintu apartemennya dengan dagunya. "Kurasa Lisa masih tidur sekarang, dia menemaniku bekerja semalam," tambah Jiyong sebelum Jennie sempat berkomentar. Pria itu memperhatikan Jennie, mencoba membaca raut wajahnya namun tidak menemukan apapun selain rasa iri disana.

"Ah begitu? Padahal aku ingin menemuinya dan mengobrol dengannya," balas Jennie. "Biasanya aku tahu password pintunya, tapi dia mengganti password pintunya tanpa izin kali ini," Jennie berusaha terlihat khawatir namun ia tidak sedang mengkhawatirkan Lisa sekarang. Gadis itu mengkhawatirkan dirinya sendiri karena karena harga dirinya mungkin akan terluka kalau Jiyong sampai berfikir⸺ kakak macam apa yang tidak tahu password pintu adiknya sendiri.

"Aku bisa menyuruhnya menelponmu setelah dia bangun nanti," tawar Jiyong. Sukses membuat Jennie dan harga dirinya tersinggung. Gadis itu selalu sensitif akan pikiran orang lain. Kepalanya selalu membesar-besarkan anggapan orang lain terhadapnya. Seperti kali ini, ia berfikir Jiyong tengah mengejeknya. Ia menganggap Jiyong tengah memperjelas kalau ialah yang lebih dekat dengan Lisa, bukan Jennie yang notabenenya adalah kakak kandung Lisa.

"Lisa masih dalam pengawasan dokter jadi karena itu eomma dan appa tidak memberinya uang, jadi aku diam-diam memberinya uang, aku tidak tega membiarkan adikku kesulitan karena uang," ucap Jennie, ingin menyelamatkan sedikit praduga kalau ia adalah kakak yang baik bagi adiknya, ingin membuat kesan kalau ia selalu memperhatikan Lisa.

"Kenapa kau memberitahuku?"

"Ah... maksudku kau bisa memberitahuku kalau Lisa memintamu membelikannya sesuatu, aku akan menggantinya," balas Jennie, ingin menunjukan pada Jiyong siapa dirinya, ingin mengatakan pada Jiyong⸺ aku lebih kaya darimu, jadi aku bisa membayarmu untuk adikku. Mungkin dengan sikapnya seperti itu, Jiyong akan marah lalu meninggalkan Lisa⸺ angan Jennie.

"Ah begitu? Baiklah," singkat Jiyong.

"Kalau begitu aku pergi dulu- ah! Aku sampai lupa, bisa berikan ini pada Lisa? Aku tidak bisa membarkannya mengemis pakaian darimu. Aku juga tidak bisa membiarkannya datang ke pesta dan bertemu banyak rekan kerja dengan baju lusuhnya yang biasanya," ucap Jennie, masih dengan hinaan-hinaan tersirat dalam kata-katanya.

Jiyong masih berdiri di depan pintu apartemen Lisa ketika Jennie akhirnya menghilang di balik lift. Pria itu menekan bel apartemen Lisa dan tidak lama setelah itu Lisa membukakan pintunya. Gadis itu memakai gaun yang menutupi tiga perempat kakinya dan sebuah sweater oversize yang menelan tangannya.

"Oppa! Maaf aku harus membuatmu melayaninya, aku muak dengan ucapannya jadi aku mengabaikannya tadi," ucap Lisa sembari memberi jalan untuk Jiyong untuk masuk ke dalam rumahnya.

"Kau tahu kalau dia datang?"

"Hm... tapi malas menemuinya,"

"Dia menitipkan ini untukmu dan katanya aku harus melaporkan padanya kalau aku membelikanmu sesuatu," ucap Jiyong. Pria itu meletakan sebuah tas kertas yang terlihat mewah di atas meja ruang tengah. Sebuah kotak berisi gaun dan sepatu pasti ada di dalamnya.

LoserTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang