Semarang, kalian pasti tidak asing mendengar nama kota yang satu ini, bukan? Ya, Semarang adalah ibu kota dari provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah tak hanya mempunyai Semarang saja, kota lainnya masih banyak di dalamnya. Satu kota diantaranya ada yang dikenal dengan nama kota Nanas dan Pusere Jawa. Jika tidak tau, kalian cari sendiri di internet. Banyak guys!
Jilbab segi empat, ujungnya slempangkan ke bahu kanan dan kiri, menyilang. Terkesan dewasa, padahal seragam sekolah masih melekat ditubuhnya. Sesekali ia lihat kaca, untuk sadar diri. Cantik dengan mata coklatnya, balutan bedak natural, lipstik secukupnya supaya bibir tidak kering. Jangan terlalu tebal, nanti dikira tante girang yang kurbel, kurang belaian.
Berjilbab merupakan aturan wajar yang dipakai sekolahnya. Ia hanya menuruti. Dengan kelakuan srugal-srugulnya ia sadar, tak pantas untuk memakai jilbab. Tapi orang terdekatnya mengatakan, 'belajar memperbaiki diri luar dulu.'
"Budhe, where are you?" Ara berteriak dari kamarnya mencari budhenya.
Broken home? Tak masalah bagi Ara, toh yang penting ia bahagia. Nanik, wanita janda, anaknya dua. Satu sudah menikah, sudah tak serumah. Satunya laki-laki yang masih kecil, enam tahun. Menduduki di kursi TK.
"Nihh, sisain buat besok!" Nanik menyodorkan uang dua puluh ribuan.
"Siap, Budhe cantik!" Ara berseru sembari tangannya berhormat. Ini bukan upacara, woy!
"Assalamu'alaikum!" lanjut Ara mencium punggung tangannya.
"Wa'alaikumsalam. Hati-hati, Ara!" Ara mengacungkan jempolnya ke udara tanpa menoleh ke belakang.
Nanik menggeleng heran, apa yang ada dipikiran anak itu. Sudah tua, masih pula kayak bocah kelakuannya. Tapi tak masalah baginya, yang penting Ara bahagia. Nanik berharap hidup Ara terus bahagia.
Tinn tinn!
Tepat sekali datangnya Nathan saat Ara sedang memakai sepatunya di teras. Nathan datang dengan motor Beat-nya dan tersenyum tengil seperti biasa.
"Hello, bro!" Ara berteriak melambaikan tangannya, Nathan membalasnya dari jok motornya sembari menunggu sahabat kecilnya segera melesat ke sekolahnya masing-masing.
Plakk!
"Anjir!" Nathan menyerngit, helmnya ia keplak oleh tangan Ara. Sedangkan Ara malah nyengir tak tau diri, lu numpang bro!
"Ra, lo masih mau temenan sama gue, kan?" kesal Nathan sembari tangannya membenarkan helm yang ia pakai.
"Nathan, pagi-pagi itu harusnya ceria. Jangan gitu-gitu, dong."
Nathan menghembuskan nafasnya ke udara, lalu menyalakan mesin motornya. "Suka-suka gue, dong!"
Karena kesal melihat Nathan yang menjulurkan lidahnya, Ara mencubit pelan perut Nathan membuatnya meringis kesakitan. Tapi enyahlah, Nathan kembali mengusik Ara dengan memeletkan lidahnya membuatnya menjadi kesal. Ingin sekali Ara menarik spion yang menampakkan wajah tengil Nathan kemudian melemparnya jauh-jauh. Untung Nathan baik, huhh, ucapnya dalam hati.
Keberuntungan bagi Ara punya sahabat sebaik Nathan. Jika tidak ada piket, tiap harinya ia berangkat bersama walau dengan sekolah yang berbeda. Sekolah Nathan yang lokasinya lebih jauh dari sekolah Ara, dengan senang hati ia memboncengkan sahabatnya.
Semua berjalan karena perintah orang tuanya. Orang tua Nathan yang menyuruhnya dia sekolah di SMA supaya lanjut kuliah, padahal ia ingin sekolah bareng Ara. Tapi apa boleh buat? Sedangkan Ara, ia sekolah di SMK karena tidak mau setiap harinya bertemu dengan fisika, kimia, biologi, sejarah, dan bahasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argithan √
Teen Fiction"Please, Pak. Ara beneran nggak mau di cincang sama kaprog gila, Paaak!!!" Pasang senyum sejuta byte, akhirnya pak ojol menyerah. Ia menepikan motornya. Kemudi motor beralih ke tangan. Ara tersenyum puas harapannya terpenuhi. Saatnya beraksi. "Aduh...