38. Cepat Sembuh, Nathannya Ara

70 11 7
                                    

"Asal kalian tau, dia itu pemeras!"

Lontaran umpatan Jingga membuat Ara ingin sekali untuk merobeknya. Memangnya dia siapa berani mengatai? Mentang-mentang model sekolah jadi seenaknya!

Tidak ingat apa predikat Ara?

"Yang bener kalau bicara, Jing!" ucap salah satu siswa yang berada di barisan paling depan dalam kerumunan itu.

"Kalau nggak percaya, sih, nggak masalah," balas Jingga acuh.

Dengan cuek, Ara membiarkan Jingga berbahagia dengan aksinya yang berada di tengah-tengah kerumunan itu. Kalau saja ia gagal, Ara yang paling pertama akan tertawa.

"Gue tau lo ada di sini, Ra!" serunya sembari matanya melirik kanan-kiri.

Seseorang yang mengenali Ara dan berada di sampingnya itu menyenggol pelan bahu Ara.

"Itu si Jingga nyariin lo," ucapnya.

"Biarin aja dia melakukan aksi nggak tau malunya. Gue mau nikmatin aja," balas Ara yang diacungi jempol oleh siswi tersebut.

"Gue percaya sama lo, Ra. Segalak apapun lo," kekeh siswi itu lalu di susul tawa cekikikannya.

Dua orang guru melihat aksi anehnya Jingga tersebut. Satu di antaranya adalah Gilang. Saat pak Handi, guru yang berada di sampingnya Gilang itu mau menegur mereka, Gilang mencegahnya.

"Biarkan saja, saya tau Ara ada di sana dan saya yakin dia bisa menanganinya," ucap Gilang pada Handi.

"Kenapa seyakin itu?" tanya Handi penasaran.

"Saya cukup kenal dengan karakter sikap beraninya Ara. Ia tidak mungkin mengalah kalau ada orang yang mengusiknya."

"Sedekat apa, ya, kira-kira?" canda Handi dengan pertanyaan basa-basinya yang di akhiri kekehan mereka.

"Emangnya kenapa nyebut-nyebut nama Ara? Lo ada dendam kesumat apa sama dia?!" tanya Arya yang di sebelahnya ada Dedi dan Reo. Mereka siap untuk membela Ara.

"Udah gue bilangin, dia itu pemeras! Kalian tau? Dia pacaran sama cowok kaya, cuma buat morotin uangnya!" seru Jingga dengan senyum smirknya.

Ara yang mendengarnya lalu berdecih. Ingin sekali tertawa keras menertawai perempuan tak tau malu itu.

"Model modelan kayak dia emang beda modelnya!" komentar siswi di sebelah Ara tadi.

"Biarin aja, Mbak," sahut Ara sopan dengan embel-embel 'Mbak'.

Karena belum saling kenal, Ara akan menyapanya dengan mbak atau mas sebagai bentuk kesopanannya terhadap sesama usianya.

Bisik-bisik buruk mengenai Ara mulai terdengar memelas di telinga para pendengar.

'Gara-gara galak, jadi cowoknya takut mungkin!'

'Dri tampang wajahnya, sih, emang keliatan dia miskin!

'Ada rumor, kalau dia anak buangan!'

'Orang tuanya nggak serumah!'

'Ayahnya meninggal, terus ibunya minggat. Bener nggak, sih!'

"IYA, BENAR!" sentak Jingga di bisingan terakhir dengan senyum kemenangannya.

Ara yang tidak mendengar bisingan itu mencoba untuk memfokuskan pendengarannya barangkali Jingga mengulangi kalimat yang disentaknya itu.

"Dia memeras harta orang akibat perbuatan orang tuanya yang meninggalkan dia!"

"Maksudnya, Jing?" tanya salah satu dari mereka yang belum paham.

Argithan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang