Seorang pria mapan berjalan tergesa-gesa meninggalkan ruangannya setelah mengunci pintu. Ia menuju mobilnya lalu menyusul seorang remaja perempuan yang notabenenya adalah titipan dari sebagian keluarganya. Remaja itu dibuat marah olehnya hanya gara-gara menjelek-jelekkan sahabatnya. Bagaimana tidak marah kalau sahabatnya dijelek-jelekkan?
Teknologi zaman sekarang mudah. Ketika kehilangan jejak seseorang, ia memanfaatkan sistem GPS melalui ponsel androidnya. Apalagi seorang programmer, mudah sekali, bukan?
Setelah menemukan keberadaan Ara melalui ponselnya, Gilang menuju alamat yang tertera. Khawatir? Tentu. Karena Gilang merasa dirinya berbuat salah pada Ara, lagi.
Terlihat dua orang laki-laki menyeret paksa Ara. Perlahan tapi pasti, Gilang membuntuti jalannya mereka bertiga. Sementara di gerbang sekolah Nathan, seorang siswa menginstruksikan untuk bubar. Leo, si Panglima Tempur di sekolahnya.
"Kalian semua bubar! Gue udah tau kelemahan si pengecut Nathan."
"Tapi, kenapa Nathan belum muncul, Bos?" tanya salah satu anggotanya.
Leo tersenyum licik. "Itu urusan gue. Lo semua ke basecamp, sekarang!" ucapnya dengan nada perintah.
Semuanya bubar, menyisakan Leo yang masih di gerbang sekolah Nathan. Ia menendang gerbangnya, lalu pergi. Membawa motor kesayangannya. "Lo harus tanggung jawab sama adek gue, Nath."
***
Ara turun dari mobil Leo dalam keadaan yang masih sama. Sebagai sandera. Gilang yang melihatnya ikut turun membawa emosinya. Leo, putra dari kakak kandungnya. Leo, adalah keponakannya. Leo, adalah orang yang malu-malu saat bertemu dengan Gilang. Tentu mudah untuk merebut Ara darinya.
"Leo, berhenti!"
Mendengar suara familiar, Leo yang di depan, dan kedua temannya yang sedang menyeret Ara menghentikan langkahnya kaku. Ia berbalik ke belakang.
"Pak Gilang...," panggil Ara lirih menyorotkan wajah ketakutan.
"Om Gi-lang!" kaget Leo terbata-bata.
Ara bingung dibuatnya. Mereka saling kenal?
Mata tajam Gilang begitu menusuk penglihatannya. Aura mistisnya mendominasi gerak tubuh Leo saat ini, ketakutan.
"Jadi, seperti ini yang kamu lakukan?" tanya Gilang sengit.
Leo semakin gugup. "Bu-kan itu, Om. Leo cuma---,"
Langkah kaki Gilang begitu berirama mistis. Semua terkesima dengan ketukkan suara antara sepatu dan tanah yang ia pijak. Ia mengambil alih tubuh Ara dari kedua teman Leo.
"Pulang sebelum saya laporkan kamu ke ayah kamu!" tuding Gilang mentah-mentah.
"Tapi, Om---,"
"Kamu mau saya hajar?"
"Apa hubungannya Om Gilang dengan Ara? Om suka sama Ara?" tanya Leo memberanikan diri.
Gilang tersenyum getir lalu berdecih, "Kamu tau profesi saya apa? Kamu tau Ara sedang berseragam?"
"Tapi sorot mata Om pas liat Ara beda." Leo, sebelas duabelas sama seperti Ara. Keras kepala.
"Apa saya salah menyelamatkan muridnya sendiri?" Tak ada jawaban. Ara merintih kesakitan akibat memar di lengannya akibat cengkraman yang kuat dari kedua teman Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Argithan √
Roman pour Adolescents"Please, Pak. Ara beneran nggak mau di cincang sama kaprog gila, Paaak!!!" Pasang senyum sejuta byte, akhirnya pak ojol menyerah. Ia menepikan motornya. Kemudi motor beralih ke tangan. Ara tersenyum puas harapannya terpenuhi. Saatnya beraksi. "Aduh...