Geser kiri, ngikut. Geser kanan, mbuntut. Jancuk! Satu umpatan tepat untuk laki-laki di sampingnya saat ini. Kursinya pun ia pindah untuk duduk di sebelah Ara. Jurus merem melek, sudah. Jurus sentil telinga, tidak mempan. Jurus ngeplak tangan, malah nyengir. Ara dibuat kesal karena Arya. Oke, kini saat jurus andalannya bersaksi.
Brakkk!!!
Mulus, vroh! Gebrakan antara tangan dan meja yang Ara mainkan mengundang tatapan mata dari penjuru kelas. Semua yang sedang beraktivitas di jam istirahat berhenti seketika. Tatapan melongo seperti orang dongo. Pongo!
Yang lagi selfie mucu-mucu, matanya perlahan melirik ke tempat duduk Ara dan Arya. Yang lagi pakai bedak sambil ngaca, tolok-tolok. Yang lagi pakai lipstik, amburadul gara-gara kepalanya menoleh ke mereka. Yang seharusnya di bibir malah di pipi. Oalahh, Dakocan!!!
"Maunya Arya apa, sih!?" tanya Ara jengkel dengan tangan mengepal. Matanya menatap tajam ke Arya.
Arya celingukan kanan-kiri. Waw, tontonan kelas! Merasa dirinya di perhatikan oleh teman-teman, ia melambaikan tangannya. Seperti biasa, cengar-cengir nggak jelas mirip Monyet Amerika.
Mendapat lambaian tangan Arya, tatapan mereka tak lagi ke arah mereka. Arya mendapat nyinyiran, cibiran. Nyenyenye!!! Mereka kembali ke aktivitas masing-masing.
"ANJIR, PIPI GUE!!!" teriak Chika histeris setelah berkaca kembali. Baru nyadar make lipstik amburadul, Mbak?
"INI SIAPA YANG NYORETIN PIPI GUE YANG MULUS BIN CANTIK BIN SEKSI BIN TIADA TANDING PAKE LIPSTIK, WOI!?" lanjutnya kejer-kejer alay.
"Yang megang lipstik, o'on!" sahut Dedi sembari merampas gorengan utuh yang masih ada di pegangan Linda.
"DEDI, GORENGAN TEMPE GUE!!!" teriak Linda kesal, sedangkan Dedi malah acuh meninggalkan kelas. Otw, kantin Babeh!
Kembali ke laptop!
Arya menatap Ara cengar-cengir. "Mau gue lo, Ra."
Kali ini Ara benar-benar kesal. Tangan bar-barnya menggulung lengan seragamnya. Arya ngajak gelut. "Lo mau gue dupak, hah?"
"Widdih! Ara bilang lo-gue," ucap Arya segera berdiri. Lari keluar kelas.
"Woy, sini lo, Arya Baseng!" Bodoamat. Ara tetaplah Ara. Harus mendapat tujuannya. Ia mengejar Arya keluar kelas.
"Jalan yang bener!"
"Liat-liat, dong!"
"Eh, perempuan apa laki lo!?"
"Kak Ara!! Aku ngefans sama kakak!"
"Kak Ara walaupun tomboy kok cantik, ya."
"Clara, sini maen ke rumah Mamas!"
"Mas tresno karo koe, Clara!"
"Edan, cantiknya nambah kalau lagi lari."
"Waww, bidadari ketua kelas, euy!"
"Koe sing tak sayang-sayang!"
Senggol bahu, dapat makian, bacotan, nabrak orang, bikin onar, es tumpah akibat tabrakan. Mampus! Tidak peduli dengan roknya yang sedikit basah. Untung roknya yang basah, lah yang punya es? Udah esnya tumplek, bajunya basah lagi. Wkwk, mantap!
"Eh, lo! Tanggung jawab, baju gue basah!" Fuck! Ara mengacungkan jari tengahnya pada si korban. Lalu tanpa urus, ia kembali mengejar Arya.
"WOI, LO SALAH LAWAN! LO NGGAK TAU SIAPA GUE, HAH!?" teriak Jihan ngedumel-ngedumel umbrus! Tentu Ara tau siapa Jihan. Siapa yang nggak kenal cewek cantik seperti Jihan, sih?. Siswi yang dijadikan model oleh anak jurusan Tata Busana. Cukup terkenal, sih. Tapi, emang Ara peduli?
KAMU SEDANG MEMBACA
Argithan √
Teen Fiction"Please, Pak. Ara beneran nggak mau di cincang sama kaprog gila, Paaak!!!" Pasang senyum sejuta byte, akhirnya pak ojol menyerah. Ia menepikan motornya. Kemudi motor beralih ke tangan. Ara tersenyum puas harapannya terpenuhi. Saatnya beraksi. "Aduh...