36. Gilang Mau Nikah?

74 10 16
                                    

Pagi kembali bertemu hingga keadaan seperti terulang lagi. Bangun pagi di lanjut sekolah yang sebentar lagi akan menjalani ujian. Sembari menunggu Nathan datang, ia memakai sepatunya di teras rumah.

Nathan datang dengan tanpa rasa bersalahnya. Ia membawa senyuman khasnya membuat Ara mengurungkan niat untuk memarahinya soal semalam. Ara ikut tersenyum juga lalu naik di boncengan motor Nathan.

"Mau jalan ke mana, Dek?" goda Nathan dengan ketengilannya.

"Jalan ke mana aja, Mas. Yang penting sama Masnya," balas Ara kemudian di susul tawa renyahnya.

Di tengah sapuan angin pagi mereka menikmatinya. Merasa tak ada suara bagi keduanya, Ara ingin memulainya.

"Nathan semalam kenapa?"

"Emangnya gue kenapa, Ra?" Nathan malah balik tanya.

"Semalam nomornya nggak aktif."

"Gue ketiduran, Ra. Lupa cas handphone," ucap Nathan berbohong.

Ara ingin menangis saat tau bahwa Nathan berbohong. Ia paling tidak suka dengan yang namanya berbohong. Padahal, Ara akan memaafkan jika Nathan jujur. Sekalipun itu menyakitkan.

"Nathan tau nggak?"

"Gue nggak tau, Ra," sahut Nathan.

Ara diam sejenak sengaja membiarkan Nathan menunggu, lalu bertanya 'apa?' karena rasa ingin taunya. Semua yang diekspetasikan oleh Ara tidak ada hasil apapun.

Jawabannya tidak!

Nathan sama sekali tidak ada rasa penasaran sedikitpun tentang apa yang akan Ara katakan.

Kenapa semenyakitkan itu?

Ara susah payah menahan tangisnya. Sudah semestinya seorang perempuan ingin diperhatikan lebih oleh pacarnya. Ara mengira, setelah berpacaran dengan Nathan hidupnya akan menjadi lebih berwarna.

Saat berteman saja sudah sangat bahagia, apalagi ketika berpacaran? Pasti sangat sangat bahagia.

Tapi nyatanya tidak!

Ara malah selalu menahan amarahnya karena perlakuan Nathan yang berubahnya sangat aneh.

"Nathan nggak mau tau, ya?" tanya Ara lagi memastikan.

"Gue nungguin lo ngomong, Ra," sahutnya membuat Ara mengembuskan napasnya.

Oke, kali ini ia menjadikan semuanya menjadi saksi bisu. Motor yang mereka tumpangi, deruan mesin motor, angin yang mereka tembus, serta pepohonan yang mereka lalui.

"Ara paling nggak suka yang namanya dibohongi," ucap Ara tandas seolah mengira bahwa Nathan berbohong.

Tapi memang benar!

Nathan yang mendengar ungkapan Ara pun diam membisu karena memang dirinya berbohong.

"Semua orang nggak ada yang mau kalau dibohongi, Ra," jawab Nathan membuat Ara menggelengkan kepalanya.

Ara harus bertahan.

"Secara nggak langsung, lo nuduh gue bohong, Ra," ucap Nathan nyelekit.

Memang kenyataannya begitu, bukan?

"Setelah pulang sekolah, gue jelasin semuanya di tempat basecamp. Berlima!" tutup Nathan seolah ia tak mau Ara mengoceh lagi.

Dan semuanya terbukti, Nathan berbohong.

***

Bel pulang sekolah terdengar begitu nyaring menjadikan siswa-siswi yang mendengarnya begitu bersemangat. Sebenarnya, tujuan sekolah itu mencari ilmu atau menunggu bel pulang?

Argithan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang