5. Ciuman Pertama?

499 69 70
                                    

Ludes sudah duit Ara! Pasalnya, malam ini ia akan mentraktir ke empat sahabat laki-lakinya. Keputusan Nathan sungguh menggemaskan, merenggut keuangan Ara. Untung saja, kemarin ia diberi pecingan oleh mbak Sarah, menantu budhe nya. Mbak Sarah sangat baik kepadanya, ketimbang suaminya. Sorot matanya menandakan ia benci pada Ara, sepupunya sendiri.

"Ra, lo ikhlas, kan?" tanya Juna penuh selidik.

"Ikhlas lah! Ara pasti nolak permintaan Nathan kalau nggak ikhlas" bela Ara penuh penekanan.

"Lo sering-sering boongin Nathan aja, Ra. Tiap hari makan gratis dahh." Satria sungguh menyebalkan. Pandangannya ke atas membayangkan bagaimana kalau ia tiap harinya makan gratis.

Pletak!!!

"Anjir, ndasku!"
[Kepalaku!]

Satria meringis, kepalanya dilempar sendok oleh Ara. Lainnya tertawa hambar melihat kelakuan Ara. Kalau ada yang membuatnya kesal, apapun yang ada di tangannya ia lempar tanpa maaf. Ruangan cafe ramai gara-gara kelakuan mereka.

"Bohong itu dosa, Bangsat" tutur Ara pelan, lemah lembut sembari telapak tangannya mengelus-ngelus kepala Satria yang terkena lemparan tadi.

"Ara, stop! Lo nggak boleh terus-terusan gitu" kesal Nathan melihat pemandangan yang membuat matanya menjadi polusi.

"Nggak papa kali, Than, sekali-kali. Ya nggak, Ra?" cerocos Satria sambil tangannya mengikuti gerakan Ara yang sedang memanjakan kepalanya. Ara mengangguk tersenyum jahil. Ingin rasanya Ara tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Nathan.

"Than, mending Ara buat gue aja deh. Lo kan udah punya pacar." Goda Satria membuat Nathan terbatuk saat sedang minum cappuccino nya.

"Enak aja!" timpal Nathan penuh emosi.

"Ra, lo jauh-jauh dari si Bangsat! Hushh hushh." Dengan wajah panasnya, Nathan seolah-olah mengusir Satria.

Dua laki-laki di sampingnya tak menggubris cekcok antara Nathan dan Satria. Mereka sibuk dengan HP miringnya. Ara yang pusing menggeser kursinya, duduk diantara Juna dan Wawan.

"Juna, Wawan! Ara ikutan main dong. Budek dengerin mereka nyerocos terus" rengek Ara menggoyangkan tubuh Juna dan Wawan.

"Kita beda rank, Ra" jawab Wawan seolah tak mau diganggu.

"Ra, mending lo diem aja. Nunggu kita selesai main, oke?" Juna menimpali.

Ara kesal, mengerucutkan bibirnya. Satria dan Nathan belum selesai berdebat. Juna dan Wawan sibuk nge-game. Oke, Ara pun akan sibuk dengan ponselnya. Ia membuka aplikasi tweeter. Bacotan tweeter lebih indah daripada bacotan teman-temannya. Kecuali empat sahabat dihadapannya.

***

Duduk sendirian bukan berarti ia tak punya teman. Malah banyak teman. Karena apa? Ia rela duduk sendiri daripada nantinya ada teman yang duduk sendiri. Jumlah murid ganjil, jumlah kursi pun ganjil. Tak ada kursi kosong lagi. Kecuali kalau ada yang tidak berangkat, dan guru cuti. Uhhh, asyiknya.

Surga dunia di kelas Ara saat ini. Guru yang yang disebut Ara 'Gila' tak ada jadwal. Guru menyebalkan, namun menyenangkan jika diberi gombalan ala Ara. Apalagi alisnya yang berkedut saat stress menangani Ara, menggoda kaum hawa.

Seperti hari ini, guru matematika sedang hamil dan harus cuti karena mau cek kandungan. Ara yang capek duduk sembari memainkan ponselnya. Beberapa menit yang lalu ia habis-habisan lari kesana kemari sampai keluar kelas akibat Dedi. Gilak! Softex Ara ia ambil dari tasnya membuat Ara geram dan mengejarnya.

Argithan √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang