🌻29

52 7 0
                                    

Begitu memasuki restoran, April dan Elang kompak membuka mulut dengan tatapan berbinar. Dilihat dari interiornya saja sudah terlihat mewah, bagaimana dengan makanannya? Yang jelas harganya pasti mahal.

"Keknya kita salah kostum."

April berbisik membuat Elang mengangguk. Melihat pengunjung yang lain mengenakan pakaian rapi dan berkelas, sementara mereka berdua masih mengenakan seragam SMA, serta masih menggendong tas sekolah di punggungnya.

"Iya bener. Yang lain kek konglomerat, kita kek orang susah."

"Udah gitu belum cuci muka lagi. Jadi keliatan banget dekilnya. Apalagi lo, yang udah dari sononya emang item."

"Item aja lo suka."

"Suka gundulmu!"

"Kalian mau pesan apa?"

Pertanyaan Loga membuat April dan Elang berhenti berdebat, lalu mereka berdua saling pandang. Merasa bingung juga mau memesan apa karena nama makanan di menu itu semuanya menggunakan bahasa inggris.

"Apa aja, asal enak."

Karena April mau pun Elang belum pernah ke tempat itu, jadi pilihan terbaik adalah menyerahkan pada Loga saja, menyuruh pria itu yang memesan. Lagi pula, April itu tipe omnivora, tidak pilih-pilih makanan. Apalagi semua makanan di buku menu tersebut kelihatan enak dan menggiurkan.

Tidak mau ambil pusing, Loga memesan tiga  set menu andalan di restoran tersebut.

Loga memilih restoran dengan gaya fine dining. Biasanya, untuk mendapatkan meja di tempat itu harus reservasi tempat lebih dulu. Sebab, hampir sebagian restoran memberlakukan sistem reservasi karena mengutamakan kesan eksklusif dan memiliki kapasitas yang berbeda dibandingkan restoran biasa.

Namun, tidak sulit untuk Loga karena memiliki asisten cekatan dan selalu dapat diandalkan seperti Hendry. Terlebih, Loga memiliki kuasa, banyak uang, juga koneksi---karena pemilik restorannya adalah teman baik mendiang Papanya.

"Lo alergi udang, ego!"

April menahan tangan Elang yang hampir saja menyuap Shrimp bruschetta yang merupakan hidangan pembuka---roti panggang yang diolesi minyak dan bawang putih dengan toping udang panggang.

"Eh, emang ada udangnya?"

"Mata lo buta apa katarak? Udang segede gaban gini kagak lihat."

Elang cuma ketawa dikatain seperti itu, lalu menggerakan tangannya untuk menyuapi April. Dan anehnya, gadis itu menerima tanpa protes, padahal baru saja menelan makanan yang sama. Alhasil, bagian Elang diberikan kepada April.

"Wah!"

Meski tidak bisa mencoba makanan tersebut, ketika melihat April begitu menikmati makanannya dengan wajah berbinar membuat Elang ikut tersenyum.

"Kalian tidak pacaran, kan?"

Sontak April tersedak mendengar perkataan Loga. Elang langsung mengambilkan air putih untuk April.

"Apa di sini Papa terlihat seperti hantu? Sedari tadi kalian terus bermesraan, hanya mengobrol berdua saja."

"Oh, ternyata mau diajak ngobrol juga. Bilang dong! Kenapa pakai acara menuduh kita berpacaran segala?"

"Inget, Pril... sama orang tua harus sopan." Elang berbisik.

April tak menjawab, Loga cuma memijit pelipis. Mencoba untuk sabar.

"Maaf sebelumnya, apa makanan selanjutnya ada yang terbuat dari udang? Jika iya, bisa tolong pesan menu yang lain? Soalnya dia alergi udang."

April menunjuk Elang membuat pemuda itu terenyuh sekaligus senang. Ternyata April begitu perhatian dengannya.

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang