🌻31

40 5 1
                                    

Ketika Pram akan pergi makan siang bersama Yuta dan Mahen, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Ada panggilan masuk.

"Kalian duluan saja. Nanti aku menyusul."

Yuta dan Mahen mengangguk, lalu pergi ke warung sebelah mendahului Pram.

"Halo?"

"Kapan Paman kembali? Pekerjaan sudah menumpuk begini. Jangan mencoba makan gaji buta."

Awalnya Pram bingung, dari mana Adamson tahu nomor barunya. Detik berikutnya, pria itu tersadar kalau keponakannya itu bukan orang sembarang.

"Apa kau tidak membaca surat pengunduran diri yang Paman berikan?"

"Aku menolaknya."

"Aish!"

"Apa aku boleh membuang benda sialan yang menempel di gerbang rumah Paman?"

"Tidak."

"Aish, lagian benda itu tidak berguna. Nomor ponselnya juga tidak aktif. Apa aku bisa melaporkan ini sebagai kasus penipuan?"

Pram hanya menghela napas berat.

"Lagian, kenapa sih Paman pakai acara kabur segala? Mau kubantu menghabisi bajingan itu?"

"Aish, tidak perlu. Sudahlah, jika tidak ada yang penting Paman akan menutup telpon. Paman sibuk."

"Tch, dasar sok sibuk. Paman pikir aku tidak? Aku menelpon sebenarnya hanya ingin memberitahu Paman kalau anak itu terus mencari Paman. Dia pergi ke apartemen, bahkan sampai mendatangi perusahaan. Laporan selesai. Aku tutup telponnya sekarang."

Pram tertegun mendengar penjelasan Adamson. Namun, pria itu sudah bertekad tidak akan menemui April sesuai janjinya dengan Loga.

"Ayah... jangan pernah lepasin April ya."

Pram mengusap air matanya, merasa bersalah pada April karena sudah mengingkari janji. Memilih pergi untuk memberi kesempatan agar Loga bisa dekat dengan putrinya.

Ayah minta maaf.

BRAK!

Pram terlonjak, menoleh ke belakang dan seketika kedua kaki pria itu langsung berlari ke arah jalan raya di depan bengkelnya.

Terjadi kecelakaan. Sebuah truk dari arah berlawanan mencoba menyalip, namun malah menabrak seorang pengendara motor.

Pemuda itu terpental kemudian jatuh bersama motornya yang meluncur ke jalanan sampai beberapa meter. Beruntung saat itu tidak ada kendaraan lain di belakangnya. Sementara itu, truk yang menabrak pemuda itu malah kabur begitu saja.

"Kau dengar aku, Nu?"

Ternyata yang mengalami kecelakaan adalah temannya Mahen. Pemuda itu terlihat panik ketika temannya tak menjawab.

Sementara Mahen mengecek kondisi temannya, Yuta mengamankan motor pemuda itu agar tidak mengganggu kendaraan lainnya.

"Jisnu? Kamu masih hidup, kan? Jangan mati dulu, woy! Skripsimu belum kelar!"

"Aih, denger skripsi rasanya aku tidak mau bangun."

Masih dalam posisi terbaring, pemuda itu meringis sambil melepas helmnya.

"Anjir, lo berdarah woy!"

Mahen panik ketika melihat darah mengalir di pelipis temannya.

"Kalau manggil ambulance pasti bakalan lama. Mending bawa teman kamu masuk ke mobil Paman, kita ke rumah sakit sekarang!"

Karena terlalu panik, bukannya menelpon bantuan, Mahen malah mengungkit soal skripsi.

"Hati-hati! Jangan sampai menekuk atau menggeser lehernya."

IrreplaceableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang