Rating 18+ yang belum cukup umur dilarang baca, ya. Sekian....
Happy reading 😍♥️
Syifa duduk menatap Rauf. Tangannya menggapai wajah sang suami. "Dengarkan aku, Mas. Jika memang kamu mencintainya aku akan mengalah. Lihatlah dirimu sekarang yang selalu berkata bisa mencintaiku. Bukankah hingga sekarang itu hanyalah bualan semata? Apakah aku terlihat menyedihkan ketika tidak bisa mendapatkan cintamu?" Mata Syifa memerah, air matanya tumpah. Napasnya menderu saat dia merasakan dadanya sesak tiada terkira.
"Jika saja dia bukan adikku, mungkin aku akan rela kamu madu." Dia tersenyum, air matanya kembali meleleh. Dia telah berjuang selama ini tapi hasilnya nihil. Sungguh menyesakkan dada.
"Tapi...." Jari telunjuk Syifa menempel di mulut Rauf. Dia belum mengizinkan suaminya berbicara.
"Karena kamu mencintainya. Aku rela melakukan semua itu. Bahkan jika harus melupakanmu sekali pun. Mari kita kembali ke masa-masa di mana kamu dan aku tidak pernah mengenal. Aku bisa kembali bekerja, dan kamu bisa kembali merasakan jatuh cinta dengan Humairamu tanpa ada penghalang sepertiku."
"Tapi...."
"Biarkan cintaku saja cukup untuk kita. Tidak apa, biar nanti aku yang akan menyimpan sebagai kenangan manis karena pernah mendapat perhatianmu walaupun itu mungkin... palsu."
"Aku---"
"Aku mencintaimu, Mas. Benar-benar mencintaimu. Akan kulakukan semuanya asal kamu bahagia. Nyawaku sekali pun. Rasa sakit di dadaku yang tiada tara ini saja sudah sembuh jika melihatmu bahagia. Walaupun bukan denganku. Tidak apa."
BUG!
Rauf memeluk Syifa, mengelus rambut hitam tergerainya penuh cinta. "Apa yang kamu bicarakan, Sayang?"---melepas pelukan---"aku harus melakukan apa agar kamu memercayai cintaku padamu?"
Ya Allah, Mas. Mengapa kamu tidak jujur lagi? Mengapa kamu sangat egois di saat-saat seperti ini?
"Lihat aku," ucap Rauf. Mata hitam legamnya menatap manik mata Syifa. Mata mereka bertemu beberapa detik, kemudian Rauf tersenyum.
"Aku senang melihatmu menjadi wanitaku yang pencemburu seperti ini. Kamu terlihat lebih manis," katanya lalu mengusap air mata Syifa yang berada di pipi.
Dengan sangat lembut Rauf mengecup bibir istrinya selama sedetik. Kemudian beralih mengecup dahinya. Wanitanya tampak cantik jika tidak memakai jilbab.
"Aku merasa setiap hari seperti saat pertama kali aku mencintaimu, Sayang." Rauf tersenyum, sedang Syifa masih menangis sesenggukan.
"Wanitaku hanya kamu, dan sampai nanti hanya kamu. Apakah kamu tahu itu? Aku tidak mencintai Ana lagi. Kini cintaku telah berlabuh pada hatimu sepenuhnya. Tidak ada seorang pun yang menghilangkan cintaku padamu. Bukankah dulu aku pernah berkata jika setiap melihatmu dadaku terus bergetar? Apakah itu tidak cukup untuk membuatmu percaya kepadaku?"
"Tapi tadi...."
"Kamu melihatku dengan Ana?" Syifa mengangguk.
"Dan aku mendengar percakapan kalian." Wanita itu menunduk. Rauf mengusap pipi Syifa yang kembali berderai air mata.
"Aku menyukainya hanya sebatas sebagai adik, Fa. Jika kamu memang mendengarnya, mengapa kamu tidak tahu akan hal itu?" Rauf kembali tersenyum. Mata istri tercintanya hitam legam penuh dengan kehidupan. Kehidupannya nanti yang sangat menjanjikan. Dia tidak berbohong, kini cintanya telah seutuhnya milik Syifa.
Syifa masih diam. Bagaimana perempuan akan percaya di saat berada di situasi tersebut?
"Kamu masih tidak percaya, ya?" Syifa mengangguk. Rauf tertawa renyah, mengusap rambut wanitanya penuh cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Bidadari Bumi [END]
EspiritualAn amazing cover by. @Es_Pucil Menikah tanpa dasar cinta, apakah bisa? Takdir seakan tengah menguji Syifa saat seorang pria paruh baya melamarkan anaknya, Rauf. Pernikahan yang dia dambakan seperti romantisme kisah Humaira bersama Rasulullah adalah...