01| Pasion Aroza

566 43 7
                                    

Hello WhatsApp gengsss, bertemu lagi dengan kita ehe!

Jangan lupa untuk vote, koment dan share cerita ini! Karena ini gratis gratis, kalian tidak bakalan rugi karena cuma nge vote cerita ini.

Selamat membaca!!!

🏫

Derap langkah kaki menggema di koridor utama Pasion Aroza. Pasion Aroza memiliki dua sekolah SMA dan SMK. Mata tajamnya menatap ke depan tidak memperdulikan orang lain yang menatapnya memuja. Bahkan ada juga yang memujinya secara terang-terangan, tapi Xaver tetap bodo amat.

Abhimanyu Xavery Alonza, most wanted di seluruh Pasion Aroza yang memiliki wajah tampan. Pemuda blasteran Indonesia-Italia ini sangat dingin kepada semua orang, karena suatu hal di masa lalunya. Dia memasuki kelasnya, ketika dirinya masuk, kelas langsung hening tidak ada yang bersuara lagi. Xaver mengerutkan keningnya, kedua bahunya ia angkat acuh tak acuh.

"Eh lo, udah ngerjain tugas matematika?" tanya Aland menatap Xaver penuh harap. Aland lupa kalau hari ini jam pertama pelajaran matematika, bukannya lupa memang pada dasarnya Aland malesan. Xaver membuka tasnya, mengambil buku paket serta alat tulisnya. Aland pikir Xaver akan meminjaminya ternyata tidak.

"Kerjain sendiri, ada otak, kan?" ketus Xaver. Aland memasang wajah sok imut-nya agar Xaver luluh padanya.

Aland Fernando, teman Xaver dari SMP yang memiliki sifat tengil, humoris, dan pemalas tentunya. Xaver menatap temannya itu datar, bukannya luluh dia malah mengeluarkan kata-kata pedasnya.

"Ada otak, kan? Gunain, jangan buat pajangan!" ucap Xaver, Aland berdecak sebal mendengar ucapan Xaver. Albert malah tertawa ngakak bersama Lucky entah apa yang mereka tertawakan. Aland melirik keduanya semoga saja mereka bisa membantu nya, tapi lirikan dari Aland tidak di pedulikan oleh kedua orang itu .

Untung saja mereka berdua sudah mengerjakan bersama, dengan bantuan google di hp. Kalo ada jawabannya di google ngapain juga kita mikir, begitu prinsip Lucky dan Albert.

Awas aja kalo gue udah tau jawabannya gabakal gue kasih. Batin Aland.

Aland berjalan menuju meja belakang dia akan minta bantuan Dewi. Gadis itu memiliki badan gempal tapi tidak dengan otaknya yang pintarnya minta ampun. Rumornya sih dia suka sama Aland, ini kesempatan Aland untuk membuktikan bahwa itu benar atau tidak.

Dia duduk di depan bangku Dewi, dia menatap Dewi dari bawah ke atas. Ah dirinya bingung mau ngomong dari mana dulu.

"Dewi, Gue mau nyontek matematika ya? Gue lupa," pinta lembut Aland. Aland yang melihat Dewi biasa saja bingung, katanya dia suka sama gue kenapa dia nggak salting? Lha, kenapa juga dia ngarepin Dewi? Dewi menyodorkan bukunya ke arah Aland cuek, ia terima dengan senang hati. Ia berjalan ke arah bangkunya untuk menyalin jawaban.

"Land," panggil Albert. Dia yakin
kalo Albert bakalan ikut mencontek.

"Apa lo mau contekan? Ogah gak bakalan gue kasih, tadi aja lo gamau bantuin gue bujuk Xaver," semprot Aland sinis. Albert bingung, lha siapa juga yang mau nyontek. Otomatis tawa Albert pecah rupanya Aland sangat pede.

"Woy siapa juga yang mau nyontek, orang gue udah ngerjain!" Aland malu ia memalingkan wajahnya ke buku tulis, dan pura-pura sibuk dengan contekan nya. Albert masih tertawa terbahak-bahak melihat temannya sok-sok sibuk karena malu. Kemudian ia menuju meja Dewi untuk mengembalikan buku yang ia pinjam.

Tak lama kemudian guru matematika datang di kelas MIPA 1. Bu Anik bisa di bilang guru killer tapi tidak se-killer guru agama, dia kalo mau ngehukum muridnya tidak ada negosiasi.

ARXAVER [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang