TWO. I U?

522 99 4
                                    

Datang ke kantin, sudah. Keliling koridor sekolah, sudah. Ngecek lapangan basket, juga sudah. Hampir satu penjuru sekolah Jania datangi untuk mencari keberadaan Haruto dengan para anteknya.

Setahu Jania, nggak mungkin kalau keempat Cowok kelas MIPA 1 itu cuma nangkring di kelas kalau jam istirahat begini. Biasanya Jania sering melihat mereka di area podium lapangan basket, maka dari itu tadi dia sempat mencari kesana meski ujungnya nggak ketemu.

Jaket yang kemarin dia pinjem baru akan dikembalikan sekarang, soalnya harus dicuci dan dikasih parfum dulu. Takut dikira nggak bertanggung jawab padahal udah di pinjemin.

"Kok keliatan sepi banget sih kelasnya," Gadis itu berdiri di ambang pintu kelas MIPA 1 sambil mengintip sedikit penghuni yang ada di dalamnya.

Tapi karena Jania anti takut-takut klub, tanpa pikir panjang dia langsung menyelinap masuk gitu aja. Bodoh amat mau dibilang nggak sopan atau gimana. Lagipula gadis itu seketika heran dengan kondisi kelas yang lumayan sepi, hanya ada 3 siswa saja yang masing-masing duduknya terpencar.

Salah satunya Jeongwoo, dalam sekali lihat , Jania langsung berhasil menemukan keberadaan Cowok itu yang duduk di bangku paling depan. Tapi sayangnya lagi sendirian, Teman-teman nya bahkan Haruto nggak ada disana.

"Kok sepi banget kelas lo, teman-teman lo kemana?" Tanya Jania ketika sudah sampai di depan meja Jeongwoo.

Jeongwoo mendongak dari aktivitas bermain game nya, terkejut sekaligus binggung kenapa gadis itu seenaknya masuk tanpa permisi ke dalam kelasnya. Baru pertama kali juga seorang Jania Hwang, gadis incaran kaum adam seisi sekolah mampir di kelas MIPA 1 ini.

"Ini bukan kelas lo. Ngapain kesini?"

Lagi-lagi Jania dibuat kesal dengan kejutekan Jeongwoo. Lihat saja dua anak laki-laki yang sedang duduk pojokan saja, tengah menatap kagum kearah gadis itu. Tapi Jeongwoo yang berada di hadapannya malah berkata judes.

"Ini gue kembaliin, thanks." Tangannya menyodorkan paperbag coklat berukuran sedang.

Cowok itu tak langsung menerimanya, malah kembali asyik bermain hape lagi, "Taruh aja,"

"Udah gue cuci, udah dikasih parfum termahal." Kata Jania lagi.

"Lo bisa balik ke kelas kalo udah selesai," Tajam Jeongwoo seakan-akan tidak senang dengan kehadiran gadis itu.

Masa iya gitu doang responnya?!

Bukan Jania namanya kalau menurut, dan langsung pergi begitu saja dari kelas itu. Dia malah mendudukkan bokongnya diatas kursi yang berada di sebelah Jeongwoo. Pikirnya sih, pasti itu bangku Haruto.

"Temen lo nggak masuk ya?" Gadis itu menghadap kesamping, tepat menghadap Jeongwoo.

Cowok itu mendesis sekilas lalu menatap Jania dengan pias, "Temen gue yang mana?"

"Haruto Watanabe, si ganteng."

Jeongwoo menatap gadis itu dengan heran sekaligus mual. Cewek itu ternyata sedikit alay.

"Nggak masuk, sakit."

"HAH? Sakit apaan?"

"Tanya dia sendiri, gue belum jenguk."

"Astaga, pangeran gue kenapa bisa sakit sih?!"

"Berisik suara lo ganggu," Kesal Jeongwoo. Dia jadi berpikir pasti gadis itu ada apa-apa dengan Haruto. Sampai dipanggil pangeran segala.

Tanpa menggubris Jeongwoo, Jania langsung merogoh sakunya untuk mengambil hp dan membuka aplikasi telepon, berniat agar Jeongwoo mengetikkan sesuatu disana.

Precociously √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang