TWENTYNINE. Mango Juice

451 87 12
                                    

Banyak asupan dari Trejo rasanya bikin semangat halu aja wkwk

Happy Reading 💙






















Butuh waktu sekitar 15 menit untuk Jania berdiri di parkiran sekolah yang masih cukup sepi itu.

Tujuannya kali ini adalah menemui Haruto sebelum bunyi bel masuk sekolah berdenting. Maksud tertentu Jania ingin menemui Haruto adalah berniat untuk mengembalikan jaket milik Cowok itu yang sempat dipinjamkan sewaktu di Bali beberapa hari lalu.

Jania merasa goblok banget karena baru sadar sewaktu melihat ada dua jaket, dimana yang satu jeans dan satunya lagi jaket hitam, tergantung di hunger lemarinya. Dia bener-bener baru ingat kalau kedua jaket itu bukan miliknya.

Jaket hitam punya Jeongwoo, bukan masalah soalnya milik pacar sendiri. Tapi jaket jeans punya Haruto, Jania ngerasa sungkan karena baru ingat untuk dikembalikan sekarang. Padahal sejak kemarin-kemarin dia sudah berkali-kali berpapasan dengan Haruto.

Selang dua menit berlalu, akhrinya seseorang yang ditunggu pun tiba. Jania hafal dengan motor Haruto yang biasa dikendarai ke sekolah.

Namun niat Jania yang akan menghampiri duluan pun mendadak urung karena sadar kalau Haruto tidak hanya sendirian. Siapa lagi yang dibonceng kalau bukan May.

Jadi Jania cuma berdiri diam di tempatnya semula. Sampai akhirnya Haruto dan May berjalan mendekat kearahnya, Jania memasang raut ekspresi sebiasa mungkin.

"Kok lo disini Jan?" Tanya Haruto sewaktu melewati Jania, "Ini kan area parkir motor,"

Jania melirik May di belakang Haruto. Nggak tahu kenapa rasanya jiwa insyekur dihatinya meronta setiap ada May di sekitarnya. As always mungkin Jania selalu merasa dirinya sempurna. Tapi sadar akan fakta jika May merupakan mantan pacar Jeongwoo, sekaligus Cewek yang dengan mudah dekat dengan Haruto, rasanya runtuh sudah semua kepercayaan diri Jania.

"Gue mau ngembaliin ini," Jania menyerahkan paperbag coklat di tangannya, "Jaket punya lo, maaf banget gue kelupaan. Baru gue kembaliin sekarang,"

Haruto awalnya terlihat binggung, tapi detik kemudian dia manggut-manggut, "Astaga, gue sendiri juga lupa kalo pernah minjemin jaket ke lo,"

"Gue baru sadar waktu liat di lemari ternyata ada jaket itu. Sori banget ya, gue seriusan kelupaan hehe."

"Santai, Jan. Nggak papa, lagian cuma jaket doang kan." Tutur Haruto.

"Udah dicuci kok itu, dikasih parfum juga udah." Kata Jania lagi, berusaha memperpanjang obrolan.

"Oh, thanks nih ya.."

Selama 3 tahun berturut-turut, baru kali ini Jania bisa melihat senyum Haruto yang terasa tulus banget. Ucapan kata terimakasih memang sederhana, tapi bagi Jania itu sudah merupakan hal luar biasa.

Jania rasa Haruto memang nggak akan pernah menganggapnya lebih dari sebuah tali ikatan teman. Jadi yasudah dia pasrah, dia ikuti saja alur yang sederhana itu. Terperangkap dalam dunia pertemanan.

"Nggak masuk ke kelas Jan?" Suara May langsung membuat Jania menatap ke arah Cewek berambut kecoklatan itu.

"Gue nunggu Jeongwoo," Jawabnya jelas.

Jania pengen menegaskan pada May, kalau sekarang Jeongwoo itu PACARNYA. Jania harus merasa kalau dia lebih pantas dibanding dengan May. Toh buktinya memang begitu, May yang dulu ninggalin Jeongwoo dengan alasan klise banget.

"Jeongwoo bukannya pake mobil?" Sahut May.

"Nggak. Gue suruh dia pake motor, gue lebih seneng dibonceng pake motor kalo nebeng pulang," Jawab Jania lagi.

Precociously √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang