FIVETEEN. HUG

402 79 6
                                    

2500word wkwk
Jangan bosen ya kalian.. Hehe

BTW, WELCOME JULY 💙
Semangat buat Trejo bentar lagi debut!!

BTW, WELCOME JULY 💙Semangat buat Trejo bentar lagi debut!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























"WU, ABIS INI LO LANGSUNG PULANG APA KEMANA DULU?"

Jeongwoo yang mendengar Jania berteriak di belakangnya, langsung menurunkan laju motornya agar suara derum kendaraan itu memelan, bisa mendengar suara gadis itu tanpa berteriak.

"Iya, pulang." Sahut Jeongwoo sekenanya.

Jania maju mendekat lagi, berbisik pada Cowok itu, "Lo kalo dirumah sepulang sekolah gitu biasanya ngapain aja?"

"Tidur,"

"Yaaah, kirain lo main kek kemana gitu. Biasanya kan sama antek²lo itu kan."

"Antek apaan?"

"Ya Haruto sama dua Cowok temen lo,"

"Jarang. Kalo lagi pengen aja,"

Jania kembali mundur menjaga jaraknya. Sudah seminggu lebih dia berangkat pulang sekolah bersama Jeongwoo. Padahal jarak rumah mereka nggak dekat, dan Cowok itu masih tetap saja bersedia datang pagi-pagi di depan rumah, lalu pulang sedikit sore karena harus lebih dulu mengantar Jania.

Naik motor bersama Jeongwoo akhir-akhir ini membuat Jania berasa nyaman dan terbiasa dengan sensasi angin kencang dan suara-suara kendaraan yang begitu jelas mondar-mandir di telinga. Baginya naik motor juga menyenangkan, sampai Jania berencana membeli motor seperti milik Jeongwoo. Tapi kendalanya, ya mana mungkin dia bisa menaiki motor besar macam itu.

"Ihh, gak kerasa aja udah nyampe. Padahal gue masih pengen tau nggak naik di motor lo," Cewek itu menggerutu setelah melepas jaket milik Jeongwoo pada pinggangnya.

Jeongwoo menerima jaketnya, lalu disampirkan si spion sebelah kanan, "Besok lo bisa naik lagi, gue kesini." Ujarnya.

"Kayaknya nggak usah deh. Gue rencananya mau berangkat sendiri aja kek biasanya, gak enak juga kalo gue ngerepotin lo terus."

"Lo yakin?" Tanya Jeongwoo. "Tumbenan lo punya rasa sungkan," berujung Cowok itu mencebik.

"Yaelah, gue juga punya etika sungkan lah. Lagipula kaki gue ini seriusan nggak papa tuh, udah bisa digerakin bebas kok."

"Nggak sembarangan juga, Jan." Tutur Jeongwoo pelan. "Coba entar gue tanyain Ayah dulu, kira-kira kaki lo udah bisa buat bawa mobil apa enggak." Sarannya kemudian.

Jania mengangguk antusias. "Okedeh, chat gue ya entar."

"Hm,"

"Oh iya Jeongwoo.. Bentar, gue mau nanya sesuatu."

Precociously √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang