NINE. AGAIN

384 82 9
                                    

Keesokan harinya, Jeongwoo beneran membawa Haruto datang ke rumah sakit tempat Jania dirawat. Mereka berdua baru bisa dateng jam dua siang, karena pulang sekolah dhuhur tadi keduanya harus latihan untuk acara study biru ke daerah Bali beberapa minggu kedepan.

Haruto sejak kemarin memang ingin menjenguk Jania karena penasaran bagaimana keadaan teman lamanya itu. Tapi nggak ada kabar sama sekali tentang gadis itu sampai pada akhirnya semalem Jeongwoo baru memberi tahu.

Bayangkan gimana sekarang perasaan Jania ketika hadir sosok pangeran idaman hati yang datang menjenguknya. Badan lemas, malah tambah lemas lagi.

Apalagi Haruto datang dengan membawa buah-buahan yang dihias rapi, dan juga satu set bunga mawar putih.

Melebur hati tuan Puteri.

Tapi syukurnya, keadaan Jania hari ini jauh lebih membaik dari kemarin. Sekarang dia sudah nggak memasang alat bantu oksigen dan bisa sedikit bergerak sekedar menoleh kanan-kiri tanpa rasa sakit.

"Haruto.. Lo dateng kesini ternyata," Sambut Jania tanpa berhenti tersenyum.

"Iya. Jeongwoo yang ajak gue," Jawab Haruto meletakkan buah bawaannya, tak lupa menata bunga ke dalam vas.

Jeongwoo cuma duduk aja di sofa sambil memandang dua teman lama yang sepertinya udah lama nggak saling berinteraksi.

Sesekali Jania menoleh kearah Jeongwoo, dan Cowok itu membalas dengan tatapan seolah, Noh Haruto.. Gue bawain kan,

Jania balik menghadap Haruto, "Makasih lo udah jenguk gue hehe,"

"Lo kenapa bisa kecelakaan? Bukannya itu malam yang sama waktu kita ketemu di kafe nggak sih?" Seingat Haruto.

"I-Iya, rem gue blong tiba-tiba, rusak"

Haruto mengangguk sekilas, lalu menatap Jania lagi, "Udah sejak kapan lo dirawat disini?"

"Empat hari lalu kayanya, iya gak sih Wu?"

Jeongwoo merasa terpanggil, "He em."

Karena posisi Jania sekarang tiduran setengah duduk, dia jadi tidak leluasa mengobrol dengan Haruto. Nggak nyaman banget.

"Gue gak bisa lama-lama, soalnya harus jemput adik les," Ujar Haruto.

"Gak papa kali, lo disini satu detik aja gue udah seneng banget Rutoo.." Ungkapnya, "Makasi banyak.."

Di sebelah kiri, Jeongwoo mendengus: makasih ke gue enggak??

"Kalo sempet, Buah yang gue bawa bisa lo makan. Lo bisa minta tolong perawat buat ngupasin," Kata Haruto lagi.

Jania sudah nggak habis pikir gimana bisa Haruto jadi selembut dan se perhatian macam sekarang ini. Rasanya gadis itu pengen meluk Haruto, biar nanti bakal langsung sembuh.

Padahal biasanya Haruto cuek banget.

"Ohiya, gue—"

"Adik gue udah nelfon, gue balik duluan Jan. Gak apa kan?"

Bibir Jania yang mau berbicara langsung tertutup rapat lagi. Urung mengatakan sesuatu pada Cowok itu.

"Sekarang banget?" Tanya Jania sedih.

Haruto menyimpan hp nya, "Iya. Lagian Jeongwoo disini kan nemenin lo?"

Jeongwoo merasa terpanggil lagi, "Iya, lo balik duluan aja gak papa. Gue juga ada urusan sama Ayah,"

Padahal enggak. Jeongwoo niatnya datang ya karena memang akan menjaga Jania setelah Haruto pulang. Sang Ayah sendiri yang meminta. Katanya, kasian Jania sendirian terus di ruangannya nggak ada teman atau sekedar buat menjaga.

Precociously √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang