PART PANJANG,
SEPERTI HARAPAN SI DOI 😊Perlahan-lahan, pandangan yang semula gelap sedikit berubah cukup menyilaukan ketika dengan sekuat tenaga, Jania membuka matanya.
Setelah mengerjap berkali-kali, mata sayu nya mulai bisa terbuka meski nggak terlalu lebar. Yang ada di penglihatannya sekarang, hanya sebuah ruangan bercat putih, dan lampu di tengahnya yang menyala terang.
Jania cukup paham dimana dirinya berada sekarang. Aroma dan suasana yang dirasakannya terlalu jelas mendefinisikan tempat apa yang tengah ditempati tersebut. Dengan kepalanya yang masih terasa perih, dan juga pahanya yang sakit, Jania tidak mampu bergerak.
Dia hanya diam saja berbaring di tempatnya. Sambil pikirannya berkelana mengingat kejadian apa yang telah terjadi sampai dia jadi sekarat begini. Oh.. Iya tabrakan waktu itu,
"Hallo.. Kamu sudah sadar ya?"
Jania sedikit terperanjat. Ketika seorang pria paruh baya dengan pakaian dokter, tengah melakukan sesuatu pada infusnya.
"Kepala ku sakit banget.." Lirih Jania meminta bantuan ketika rasa nyeri kepalanya begitu terasa.
Dokter itu mengangguk, menyentuh perban di kepala Jania sekilas, "Lukanya sudah hampir kering kok, Sudah dijahit. Biasanya setelah koma memang rasa sakitnya bakal terasa sekali."
"Aku.. Koma?"
"Iya, tiga hari kamu tidak sadar diri setelah operasi penggantian darah,"
Jania ingin bertanya sesuatu lagi pada dokter itu. Namun bibirnya terasa begitu kelu untuk berucap. Apalagi dia sekarang baru pulih tidak ada tenaga sama sekali.
"Waktu hari pertama kamu saya bawa ke rumah sakit, Papa dan Mama mu sempat datang. Setelah menyelesaikan administrasi, mereka tidak datang kesini lagi." Dokter memeriksa sesuatu di layar monitor yang mengendalikan detak jantung Jania, "Mereka orang sibuk ya?"
Jania tidak terlalu memikirkan Papa dan Mama nya. Dia tidak heran. Mungkin nanti dia mati, baru Papa Mama nya bakal ada di sampingnya.
"Makasih.. Dokter sudah bawa saya kesini,"
Mendengar Jania bergumam lirih, membuat dokter itu tersenyum. "Polisi yang menyelidiki mengira kamu korban kecelakaan. Tapi ternyata diselidiki lagi, terjadi rem blong,"
"Kebetulan saya ada di tempat lokasi waktu itu. Sebagai seorang dokter, melihat kondisi kamu tidak berdaya dan butuh pertolongan, membuat saya harus turun tangan."
"Oh iya, selama beberapa hari ini jangan banyak bergerak dulu. Tenaga kamu butuh pemulihan perlahan ya.." Dokter itu kembali melepas maskernya, menampakkan wajahnya lebih jelas.
"Aku mau balik pulang aja.."
"Kamu baru sadar koma. Jadi belum bisa, sabar dulu ya.."
Jania berdehem sekilas menetralisir tenggorokan nya yang kering, dia ngerasa haus sekali.
Sadar akan apa yang dirasakan Jania, sang Dokter kembali berujar, "Kamu juga belum boleh minum dulu, nanti satu jam lagi ada perawat yang bakal ngantar makanan. Istirahat yang cukup ya, dokter tinggal."
Ketika hampir melangkahkan kakinya, Dokter itu kembali menoleh saat pasien perempuan itu menahan lengannya.
"Makasih dokter udah nolong saya,"
"Sama-sama, lekas sembuh.."
Sendirian di dalam ruangan yang cukup luas itu tentu saja bikin Jania bosan. Mau istirahat juga rasanya nggak nyaman dengan rasa sakit kepala dan kakinya yang perih banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precociously √
Fanfiction❝Gue kenal Jania, Jauh sebelum lo kenal dia.❞ Jeongwoo and Haruto, involved with the same girl. ©𝟐𝟎𝟐𝟎 --𝐄𝐍𝐃-- ((Don't forget to vote comment pleaseee))