Masih dengan keadaan hati dan pikirannya terasa bener-bener kalut, Jania duduk begitu tenang di sebuah kursi besi yang biasanya gadis itu tempati setiap datang di tempat tersebut. Dimana lagi jika bukan gudang sekolah.
Bagi Jania, gudang sekolah aja rasanya sudah seperti surga dunia. Jauh dari jangkauan guru, serta murid siswa sekolah. Nggak banyak yang tahu kalau gudang sekolah itu jauh dari kata kotor ataupun berdebu dan tempat sarang serangga. Faktanya gudang tua itu hanya berisi beberapa kursi besi bekas yang sudah tidak terpakai di ruang guru, yang mana sengaja dibuatkan jendela besar agar angin dari luar tetap bisa masuk.
Lalu tidak lupa, di ujung pojok tembok dekat jendela, Jania menyimpan sesuatu disana. Tidak lain semacam prasarana untuk gadis itu menenangkan diri ketika dirinya sungguh merasa pelih.
"Lah, tinggal satu lagi. Ish!"
Sebuah kotak kecil berwarna hitam itu menyisakan satu batang rokok saja di dalamnya, lengkap dengan korek api yang masih full. Sudah hampir 2 minggu Jania nggak ke tempat gudang, dia sampai lupa mengeceknya.
Pada dasarnya, satu aja itu kurang banget buat Jania. Maksimalnya ya 3 atau 4 lah kalau suasana hatinya lagi kacau gini.
Jania mulai memasukkan benda itu kedalam mulutnya, sementara tangan kanan nya mencoba menyalakan korek.
Brukkk
"Anjing!"
"Sori, gue gak lihat."
Benda yang tinggal satu-satunya itu, menggelinding begitu saja dari genggaman Jania. Padahal mulut nya sudah benar-benar gatal buat menghirup asap nikotin. Tapi.. Ck!
"Lo.. Apa-apaansih?!" Omel gadis itu begitu kesal dengan orang yang sudah menganggu gugat kegiatannya.
Dalam hati, Jania menggerutu kenapa seorang Park Jeongwoo sekarang bisa ada di hadapannya sambil menenteng kursi besi cukup besar. Ketahuan sudah sekarang.
"Gue kan udah minta maaf. Gak kelihatan kalo ada lo," Terang Jeongwoo begitu santai.
"Lo ngapain disini sih Jeongwoo?"
Jeongwoo membuat gerakan seolah menunjuk barang di tangannya, "Gue disuruh wali kelas buat naroh ini,"
Jania mendumel dalam diam. Sejauh ini, meski banyak gosip yang beredar tentang kebiasaan dia merokok, tapi nggak pernah sekalipun ada yang melihat secara langsung kecuali Daeye dan Woonyoung. Ya meski Jania bodoh amat sih, nggak masalah juga.
"Lo sendiri disini ngapain?" Tanya Jeongwoo gantian.
Padahal Cowok itu udah tahu. Cuma pura-pura aja. Secara Jania pegang korek saja, kelihatan banget.
"Buruan lo taroh itu, terus keluar dari sini." Bukannya menjawab, Janjian justru mengusir.
PRANGG PRANGG
"BISA HATI-HATI NGGAK SIH? SUARANYA BERISIK TAU NGGAK,"
"Suara lo yang berisik,"
"Ihh Jeongwoo... Lo itu nyebelin banget tau gak sih?!" Hampir saja korek di tangan Jania dilempar ke muka Cowok itu, namun Jeongwoo dengan cepat menahan pergerakannya.
"Ngapain bawa korek? Mau bakar sekolah?"
"Bukan urusan lo!" Korek ditarik kembali oleh sang pemilik.
Jeongwoo berganti mengambil rokok yang menggelinding beberapa meter dari kakinya. Kemudian dimasukkin lagi kedalam bungkus hitam yang dibuang tepat dibawah kaki Jania.
Jania ngelihatnya auto, Duh.. Ini anak
Jeongwoo meremas bungkus rokok itu lalu melemparnya, "Lo mau diskors berminggu-minggu cuman gara-gara barang gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Precociously √
Fanfic❝Gue kenal Jania, Jauh sebelum lo kenal dia.❞ Jeongwoo and Haruto, involved with the same girl. ©𝟐𝟎𝟐𝟎 --𝐄𝐍𝐃-- ((Don't forget to vote comment pleaseee))