TWENTY. Period

349 76 4
                                    

Harusnya up kemarin karena hari bahagia buat para teume..

Tapi ya gak papa lah
























Sampainya di penginapan Bali sekitar jam 5 pagi, Jania langsung buru-buru rebutan kamar mandi buat bersihin diri. Ya meskipun mandi nya nggak seenak mandi di rumah sendiri, daripada dia gak mandi malah risih banget.

Untuk teman sekamarnya, dia kedapatan sama Mihi dan Jihan. Yang kalo dikelas biasanya duduk di sebelah kiri Jania.

Tapi selesai mandi tadi, mendadak perut Jania kerasa sakit keram terus-terusan. Padahal udah makan nasi dan minum air putih, tapi nggak tahu penyebabnya apa.

"Masih sakit perutnya Jan?" Tanya Mihi yang baru datang dari antri kamar mandi.

"Yaiyalah anjir, ini masih gue pakein minyak kayu putih." Balasnya, udah duapuluh menit pake minyak kayu putih terus.

"Lo coba tiduran aja dulu, biar agak enakan."

"Yakali gue tidur, bentar lagi harus kumpul di lapangan  pendopo buat gladi bersih kan?"

"Y-Ya iya sih.." Mihi jadi binggung.

"Mihi sama Jania, ayo buruan keluar buat kumpul persiapan ibadah. Disuruh sama Panitia," Jihan baru datang tiba-tiba menyahut.

Jania ingin misuh-misuh aja sama sikon keadaannya sekarang. Mau gerak pun rasanya susah. Apalagi kalo pake sholat segala ke masjid perlu jalan kaki.

"K-Kalian duluan aja deh, gue nyusul. Lagi males banget berdiri ini badan gue."

Mihi dan Jihan tatap-tatapan sebentar, pengen nasihatin juga ragu sekaligus takut. Jadi daripada entar runyam, dua anak itu milih keluar duluan aja dari kamar.

Karena Jania cuma sendirian di kamar, yang jelas dia juga bosan dan gerah karena kipas angin di kamar itu kecil banget anginnya. Nggak kebayang bagaimana tidurnya nanti, huhu.

Keadaan di luar penginapan agak sedikit sepi karena mungkin yang lain masih sibuk ke masjid. Lampu penerangan juga redup banget meski jumlahnya dimana-mana banyak.

"Nah duduk disini enak nih," Gadis itu menyamankan posisinya saat nemu sebuah meja panjang di samping batu besar. Letaknya agak jauh dari kamarnya.

Sedari tadi nyeri perutnya masih terus kerasa. Apalagi udaranya cukup dingin berasa menusuk banget masuk ke pori-pori kulit.

"Lahhh! Kenapa harus sekarang siih??" Reflek Jania ngoceh ketika di bagian bawahnya ngerasa ada sesuatu keluar.

Pantesan, ada tamu bulanan.

Bayangkan sendiri gimana ribetnya kalau acara study tour dibarengi datang bulan.

Karena penasaran, Jania berdiri. Ngintip bagian belakangnya, yang ternyata udah merembes bercak merah. Udah gitu di tempat duduknya juga samar-samar kelihatan.

"Fuck! "

Warna celana Jania sekarang jeans biru muda, udah jelas banget pasti warnanya. Nggak ada apapun yang dia bawa buat bisa nutupin sambil balik lagi ke kamar.

Nelfon Mihi, Jihan? Nomor mereka aja Jania mana punya.

"Lo kok disini?"

Sontak Jania menoleh kaget. Rasanya mau lompat ke laut aja sekarang dia saking gugupnya. Ada Haruto segalaa?!

Jania diem aja sambil mengontrol raut wajahnya untuk tenang.

"Lo gak ke masjid?" Haruto melangkah mendekat.

Precociously √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang