Acara panggung selesai jam 1 siang. Dimana panas matahari nggak perlu diragukan lagi terlebih ini daerah bali.
Semua angkatan udah bersiap buat kembali ke Vila. Ya tentunya dengan jalan kaki sama seperti berangkat semula tadi. Gimana rasanya coba, teriknya macam sekarang harus repot jalan kaki pula.
Biasanya dalam situasi macam itu, Jania ingin melarikan diri aja dari bumi. Jalan kaki aja capek banget, ditambah sekarang panas-panasan. Tapi untuk kali ini enggak. Bukannya ngeluh sambil mengipas wajahnya yang gerah, Jania justru berjalan begitu ngerasa senang beribu kali lipat.
Soalnya dia jalan nggak sendirian atau bareng Mihi, Jihan lagi. Melainkan bareng Jeongwoo dan si tamvan Haruto. Udahlah, nggak ada kebahagiaan lain lagi yang Jania minta selain seperti sekarang. Orang yang disukainya, berjalan berdampingan dengan senyum indah di sebelah kanannya. Selain itu, ada Jeongwoo di sebelah kiri.
Sejak awal perjalanan tadi, mereka bertiga juga nggak hanya saling diam aja. Tapi ada saja topik pembahasan yang mereka bicarakan mulai dari guyonan receh sampai gosipin anak lain.
"Nggak capek lo, Jan?" Mereka bertiga sedikit jalan agak pelan, soalnya barisan depan lagi macet.
"Dia jalan gini doang mana capek, hobinya aja shoping muterin mall." Bukan Jania yang nyahut, tapi oknum Jeongwoo.
"Apasih! Ya itu beda lah anjir," Jawab Jania sambil mukul lengan Jeongwoo.
Heran banget Jania sering main kasar terus ke Jeongwoo. Lain lagi kalau ke Haruto.
"Kalo jalannya barengan sama lo sih gue gak masalah kok, Ruto hehe.." Cengir gadis itu.
"Ada-ada aja lo," Haruto mengibas rambutnya yang berkeringat, jelas banget keliatan jidat mulusnya.
Jania ambyar.
"Eh bentar.. Ada orang jual gelang, kita beli kembaran yuk!"
Jeongwoo dan Haruto kompak noleh ke seberang kiri jalan. Ada penjual aksesoris warna coklat yang beberapa ada tulisan khas Bali.
Dua Cowok itu binggung karena Jania langsung pergi menyelonong aja. Haruto sempat ngelirik Jeongwoo seakan nanya, 'ini gimana?' , terus sama si lawan bicara cuma menghela nafas aja, "Ngikut aja udah."
Dan singkat cerita ketiganya akhirnya beneran membeli gelang coklat kembar yang ada gantungan bintang kecil dan ada bunyinya persis kalung anjing.
"Itu gue beliin spesial buat kalian berdua. Kalo semisal nggak nyaman atau kurang suka, entar bisa lo lepas kok. Pokoknya sekarang pake aja dulu," Celoteh Jania di sela-sela mereka kembali lanjut berjalan.
Jeongwoo dan Haruto cuma saling pandang. Nggak merasa keberatan juga dengan gelang pilihan Jania. Cocok juga kok dipake di tangan Cowok. Buat mereka berdua, benda itu bisa jadi couple pertanda persahabatan. Doyoung sama Yedam skip dulu.
Samar-samar, Jania curi pandang ke arah Haruto. Ada rasa senang tersendiri buat Jania karena Cowok yang dikaguminya itu sekarang bisa sedekat ini bareng dia. Setidaknya nggak ada lagi rasa canggung atau diem-diem an seperti dulu.
Kalau boleh, Jania pengen waktu berhenti berputar untuk saat ini. Saat dimana ada Jeongwoo yang sekarang jadi mood baru, lalu Haruto yang sekarang semakin membuat perasannya luluh.
Sekarang Jania sadar. Dia nggak perlu minta lebih lagi dari yang udah dia dapatkan sekarang. Obsesi tentang Haruto yang harus jadi pacarnya sekarang hilang begitu aja entah kemana. Bagi Jania, momen sederhana seperti inilah yang bikin dia jauh lebih bahagia.
Brukk
"Jan!"
Seruan Jeongwoo dan Haruto yang bebarengan sontak bikin siswa lain yang jalan baris di belakang mereka kompak ngelihatin. Pandangan semuanya mengarah ke Jania yang tersungkur jatuh tiba-tiba. Jeongwoo kiranya gadis itu pingsan, tapi ternyata enggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Precociously √
Fanfiction❝Gue kenal Jania, Jauh sebelum lo kenal dia.❞ Jeongwoo and Haruto, involved with the same girl. ©𝟐𝟎𝟐𝟎 --𝐄𝐍𝐃-- ((Don't forget to vote comment pleaseee))