5 tahun kemudian
Jakarta, Indonesia.
Drttt... Drrttt...
Laki-laki berjas putih itu mengambil ponselnya yang tergeletak di nakas. Dia menghela nafasnya ketika mengetahui siapa yang baru sja menelfonnya.
"Hmmm" ucap Dipta.
"Ada apa?" tanya Dipta
"Lo kemana aja sih?" tanya seseorang ditelfon.
"Sibuk" ucap Dipta.
"Gue butuh bantuan lo banget nih" ucap orang itu menrengek.
"Pertunangannya udah gak lama lagi Dip" ucap seseorang itu.
"Yaudah oke tunggu sebentar" ucap Dipta.
Dipta mematikan telfonnya, dan menelfon asistennya menggunakan telfon yang tersedia.
"Apa masih ada jadwal saya?" tanya Dipta.
"Sudah selesai Dok, tapi besok ada jadwal pagi" ucapnya.
"Oke kalau begitu untuk hari ini cukup. Saya ingin pulang duluan saya ada urusan" ucap Dipta.
"Oke baik dok" ucap seseorang itu.
Dipta membuka jas putihnya, lalu mengambil ponselnyaa dan keluar dari ruangannya.
Dipta masih saja sama, masih tetap menjadi pusat perhatian seluruh orang bagaimana tidak, parasnya yang begitu tampan selalu berhasil menarik perhatian semua kaum hawa.
Hubungan Dipta dengan kedua sahabatnya Ari dan Wili masih berjalan lancar. Begitu juga dengan ketiga sahabat Zeva. Qila, Karin, dan juga Lala, Dipta sangat berteman baik dengan ketiganya.
Kini Dipta sudah berada di rumah bernuansa putih dan elegan ini. Ia melangkahkan kakinya menuju kedalam rumah itu.
"Mbok kok pada sepi sih?" tanya Dipta.
"Pada lagi di ruangan makan tuan" ucap sang pembantu.
"Lagi pada makan siang tuan" ucapnya lagi.
"Ohiya makasih mbok" ucap Dipta.
Dipta lebih memilih duduk disofa yang ada di ruang tamu. Ia menatap sekeliling dan melihat sudah banyak terpasang dekorasi-dekorasi, Dipta tertengun masih agak tidak percaya bahwa pertunangan ini benar-benar terjadi. Entah dia harus merasa sedih atau senang.
"Nih" ucap gadis itu dan memberikan satu undangan.
"Gue sibuk banget urusin dekor, jadi gue minta tolong lo yang anterin undangan ini" ucapnya lagi.
"Kan lo bisa suruh siapa kek yang nganter" ucap Dipta.
"Gue harus rela-rela pulang duluan dari rumah sakit dan lo cuman nyuruh gue anter satu undangan ?" tanya Dipta.
"Gue cuman minta tolong kali Dip, apa salahnya sih" Alisa menatap Dipta dengan memberika wajah tampak kasihan.
"Oke, gue jalan dulu" ucap Dipta.
Saat di mobil Dipta terkejut melihat nama yang tertera di undangan itu.
Untuk
Raken & Zeva"Apa mereka udah balik ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Kalau mereka udah balik kok sama sekali gak ada kontekkan sih" ucap nya lunagi.
Dengan ragu-ragu Dipta turun dari mobil yang ia kemudikan lalu berjalan menuju rumah itu.
Rumah ini masih sama seperti 5 tahun yang lalu tak ada yang berubah, hanya saja cat rumahnya masih terlihat baru sepertinya baru saja di cat kembali dengan warna yang sama.
Tokk.. tokk.. tokk...
Creakk...
"Cari siapa tuan?" ucap Ibu paruh bayah itu.
"Bi Sri udah lupa sama Dipta?" ucap Dipta.
"Oalah Den Dipta atuh, tambah ganteng aja yaalloh" ucap Bi Sri.
"Saya kemari cuman mau nganter ini Bi" ucap Dipta lalu menyodorkan undangan pertunangan itu.
"Gak masuk dulu den didalam ad-" ucap Bi Sri langsung dipotong oleh Dipta.
"Gak usah Bi, saya buru-buru. Saya balik dulu Bi" ucap Dipta pamit.
Dipta berjalan menuju mobilnya.
"Ada siapa bi?"
"Eh itu tadi ada Den Dipta, ngasih undangan" ucap Bi Sri menyodorkan undangan tersebut.
"Kena gak disuru masuk bi?" tanya Zeva.
"Katanya dia buru-buru mbak" ucap Bi Sri.
-------
Bagaimana dengan bab ini ? ini adalah cerita pertamaku. jadi jangan lupa untuk vote yaa. tq hehehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story Of Zevanya [ S E L E S A I ]
Teen FictionSEBELUM MEMBACA WAJIB HUKUMNYA UNTUK FOLLOW DAN VOTE YAA:) Hari ini adalah hari pertama Zevanya masuk sekolah sejak kepindahannya ke Indonesia satu minggu yang lalu. Hari ini, hari termalas yang dirasakan oleh Zevanya ini terjadi begitu saja karena...