22

376 27 1
                                    

"Gue AB, ambil darah saya saja dok" ucap seseorang yang baru saja datang.

"Raken?" tanya Ari.

Raken yang baru saja datang langsung mengikuti arah langkah dokter tersebut.

"Gue yang nelfon Raken" ucap Lala

Semua orang yang ada disana masih bingung terlebih Ari yang berusaha tidak memberi tau Raken karena ia takut Raken khawatir.

"Kenapa lo malah nelfon si bangsat itu sih" ucap Dipta.

"Bahkan lo lebih berengsek Dip" ucap Qila.

"Kita kan masih bisa ke PMI buat nyari pendonor darah yang cocok buat Zeva" ucap Dipta.

"Sekarang bukan waktunya untuk egois Dip, Zeva sangat butuh darah itu sekarang" ucap Lala.

Raken terdiam saat mendengar perkataan Lala, mungkin benar sekarang buka waktu yang tepat untuk berdebat dan memihak pada egonya. Zeva sedang sekarat sekarang dan dia sangat butuh darah itu.

1 jam kemudian Zeva sudah dapat dipindahin ke ruang rawat inap, tapi ia belum sadarkan diri. Didalam ruangan sudah ada Lala, Qila, Karin, Ari, dan Dipta.

"Kok lo gak cemburu liat Raken dan Zeva La?" tanya Karin.

"Gue udah tau semuanya dan gue gak berhak buat cemburu. Bahkan gue bukan siapa-siapanya Raken juga kan" ucap Lala.

"Lo tau apa ?" ucap Dipta tiba-tiba.

"Gue gak berhak buat ngasih tau lo" ucap Lala

Crekkk...

Pintu ruangan tiba-tiba dibuka oleh seseorang. Tanpa berkata-kata lagi, kini Raken yang baru saja emosi melihat keberadaan Dipta.

Bughh...

"Ini karena lo udah bikin dia sakit hati" ucapnya

Bughh... 

"Ini karena lo udah bikin dia terbaring lemah disini" ucap Raken.

Bughh..

Dipta membalas pukulan Raken hingga Raken terjatuh ke lantai.

"Stop lo berdua jangan jadi bocah" ucap Ari.

"Kita lagi dirumah sakit, tolong jangan buat keributan" ucap Lala.

"Lo berdua udah kayak bocah tau" ucap Karin.

"Gue udah rela ngalah pindah sekolah supaya lo bisa baikkan sama Zeva tanpa gue. Tapi apa bangsat dia malah celaka" ucap Raken.

"Ken udah Ken, kasian Zeva kalau lo berdua berantem" ucap Ari.

"Gue pastiin setelah ini lo gak bakalan ketemu lagi sama Zeva" ucap Raken dingin.

"Maksud lo apa hah?" tanya Dipta dingin.

Raken tak menjawab pertanyaan dari Dipta, ia memilih duduk di bangku tepat di samping dimana Zeva tertidur. Raken menggenggam tangan milik Zeva.

"Please gue mohon lo sadar Ze" bisik Raken

"Kita balik ya Ken" ucap Qila

Raken menganggukkan kepalanya.

"Thank you juga udah ngabarin gue La" ucap Raken.

"Sama-sama Ken, gue balik dulu ya" ucap Lala.

"Gue juga balik ya Ken, ayo Dip" ucap Ari.

"Gak, gue disini nemenin Zeva" ucap Dipta.

"Udah ada gue, lo balik aja" ucap Raken.

"Gue gak mau cewek gue di jagaain sama lo" ucap Dipta.

"Udahlah Dip kita balik aja. Lo lagi kacau sekarang" ucap Ari sembari menarik tangan Dipta mengajaknya keluar dari ruangan.

Kini didalam ruang rawat inap hanyalah Raken seorang diri. Raken menggenggam tangan milik Zeva, ia menatap bagaimana gadis ini dalam keadaan sakit dan belum sadarkan diri tetap saja masih cantik.

"Gue senang lo udah maafin gue, tapi kenapa saat gue udah bahagia lo kembali malah lo dibuat sakit sama orang lain" ucap Raken.

"Gue marah sama diri gue sendiri saat lo kecewa karena gue, tapi gue lebih marah lagi kalau orang lain buat lo sakit hati" ucap Raken.

"Gue sayang sama lo, lo tau itu kan" ucapnya lagi.


-------

Bagaimana dengan bab ini ? ini adalah cerita pertamaku. jadi jangan lupa untuk vote yaa. tq hehehe.


Story Of Zevanya [ S E L E S A I ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang