Perkenalkan aku terlahir dengan nama yang indah menurutku, Hasna Althafia Putri.
Aku putri satu satunya dari seorang papa bernama Muhammad Hanan dan mamaku Rima.Sekarang aku sudah duduk di kursi kebesaran peninggalan papaku.
Kursi seorang ceo kontraktor ternama pemilik property terkemuka, H corp.
Usiaku memang baru 23 tahun. Namun aku sudah menyandang gelas S.H. Aku berhasil menyelesaikan kuliahku selama tiga tahun saja.Almarhum papaku mewariskan perusahaan ini mutlak atas namaku.
Papa meninggal tepat saat kelulusan sarjanaku, 3 tahun lalu. Karena serangan jantung. Padahal sebelumnya beliau tak pernah mengeluh sakit. Tapi yang aku tahu pasti, beliau sangat suka bekerja. Meski mungkin itu adalah satu cara papa mengisi kekosongan hidupnya, setelah perpisahan dengan Mama.Bicara tentang Mama.
Dia tetap wanita hebatku. Seperti apapun adanya. Saat aku masih duduk di bangku kelas 2 SMP, tak ada angin tak ada hujan aku mendengar bahwa Mama mengajukan perceraian dengan Papa. Dengan alasan ingin berkarir. Karena selama ini Papa memang tidak suka dengan karir Mamaku sebagai model juga desainer.
Mungkin Papa lebih suka istri yang mengurus suami dan anak saja.
Namun tidak bagi Mama. Dan itulah sebabnya kenapa aku jadi anak semata wayang. Karena Mama tak mau repot katanya.
Mamaku masih cukup muda, beliau baru berumur 42 tahun. Beliau menikah dengan Papa saat masih kuliah.Sejak Mama dan Papa berpisah, aku tinggal bersama Papa. Karena memang sudah jelas Mama gak mau repotkan mengurus aku.
Hanya sesekali saja aku main kerumah Mama. Rumah megah yang hanya ditinggali seorang asisten rumah tangga.
Sekaligus menjadi butik di bagian depannya.Mengambil kuliah jurusan hukum memang sudah cita citaku. Dan Papa selalu mendukung selagi posistif katanya.
"Kamu boleh kuliah jurusan hukum Na, karena itu kan menguntungkan kamu kelak ketika kamu memimpin perusahaan. Yang pasti akan sangat berhubungan dengan banyak kontrak." Itulah pendapat Papa yang aku ingat selalu saat aku memilih jurusan hukum.
Mewarisi bakat dari kedua orang tuaku, pasti saja aku juga handal dalam urusan coret mencoret kertas. Baik membuat desain bangunan atau juga baju.
Sejak SMA aku sudah sering di ajak Papa terjun urusan perusahaan. Untuk perkenalan dan belajar katanya. Dan nyatanya aku lumayan cepat menguasai.
Sejak kecil di rumah sudah ada asisten rumah tangga. Yang aku sapa mbok Inem.
"Mbok itu ikut Bapak dan Ibu sudah dari mba Nana belum lahir. Dari simbok masih muda. Bahkan Bapak yang menikahkan simbok sama pak Aspar. Makanya simbok sayang banget sama mba Nana. Simbok gak mau lihat mba Nana nangis sedih nduk." Aku menangis dalam pelukan pengasuhku itu, saat Mama pisah dengan Papa dan pamit akan pergi dari rumah kami.
"Na, jaga Papa ya. Kalo Nana kangen mama main aja kerumah mama. Suatu saat kamu akan mengerti kenapa semua ini terjadi. Nana harus jadi perempuan hebat kuat ya." Pesan Mamaku sebelum keluar dari pintu rumah.
Aku tak tahu harus berbuat apa saat itu. Aku hanya menangis. Karena yang aku tahu memang kedua orang tuaku sama sama sibuk dan jarang bertemu. Bahkan juga tak pernah bertengkar yang aku ingat.
Aku bersyukur di anugerahi kecerdasan yang sangat maksimal. Aku tak pernah memalukan dalam urusan akademik sekolah.
Aku juga bisa dibilang lumayan cantik. Untuk ukuran gadis yang tak pernah mengenal make up. Memiliki tinggi badan 165cm saat SMP pastinya aku terlihat sangat tinggi semampai dengan berat 61kg.
Bahkan sampai sekarang aku masih sangat ideal. Karena hanya tinggi badanku saja yang bertambah 171cm, sedang berat badanku tetap di angka yang sama. Kulit putih tanpa banyak perawatan.Dan aku sudah menggunakan hijab sejak tamat SMA. Meski baru sebatas berusaha memenuhi kewajiban menutup aurat. Belum yang syar'i.
.
Aku memiliki saudara sepupu satu satunya dari keluarga Papa. Anak dari kakaknya Papa.
Mas Yoga. Yang banyak membantu di perusahaan H corp. Dia sangat baik, bahkan sampai belum mau menikah jika aku belum menikah.
"Biar kamu ada yang jaga dulu Na, baru aku nikah." Itu katanya. Dia berusia 2 tahun lebih tua dariku.Kalau saudara Mamaku, lumayan banyak. Tapi tersebar di berbagai kota. Bahkan ada yang di luar negeri. Dan aku memang tak terlalu dekat. Hanya sekedar mengenal dan tahu.
Rumah yang Mamaku tempati memang rumah beliau sendiri. Dari oma opa, sejak Mama menikah.
🙏

KAMU SEDANG MEMBACA
terima kasih nafas ku (selesai) ✅
Short Storykisah seorang gadis selalu bahagia, meski apapun yang ada di hadapannya. kedua orang tuanya yang berpisah tak membuatnya menjadi hancur dalam membayangkan masa depannya. berkali luka yang tergores karena kata cinta tak menjadikan bekas yang dapat te...