5

148 5 0
                                    

Jalani dan jaga.

Akhir semester pun tiba.
Liburan akhir tahun di depan mata.

Papa menawarkan aku juga mas Yoga fasilitas akomodasi kalo kami mau liburan.
Tapi kami menolak. Kami justru ingin memanfaatkan libur sekolah kami untuk lebih memperdalam tentang usaha yang akan kami pegang kelak.

Mas Yoga mulai aktif mengurus pabrik betonnya.
Orang kepercayaan yang selama ini menangani juga selalu memberikan laporan baik pada Papaku selaku wali dari mas Yoga.

Aku sendiri juga sering ke kantor Papa, dan di jelaskan banyak hal olehnya tentang jalannya perkerjaan kantor.
Semua karyawan Papa menyambut baik padaku.

Mas Attar kadang menemani atau sekedar menjemput. Kalau tidak dia akan bersama mas Yoga.

Sarah memanfaatkan liburannya berkunjung ke ibukota tempat kakek neneknya.

Aku juga sudah mulai sering mendapat order desain dari Mama. Karena semakin hari hasil coretanku semakin halus dan berkarakter.
Tentu saja itu menjadikan jalan mengembungnya tabunganku.

"Hai Na...pa kabar my twin?"

Suara dari layar ponsel mas Yoga.

"Hai Sar.... Aku lagi sarapan nih. Betah banget disana bu...kapan balik? Gak kangen apa, kasian nih yang ditinggal jadi ngurusin mesin terus tuh...."

"Hahaha ya kamu temenin dong. Mungkin besok aku udah balik kok Na. Kamu mau aku bawain apa Na?"

"Aku mau cuilan monas Sar. Kalo sebelahku mau cuilan hatimu. Hahaha..."

"Dihhh gak mau kalo cuilan, utuh lah..." Sahut mas Yoga.

"Bisa aja Mas gombal pagi pagi. Ya udah kalian sarapannya lanjut deh. Besok aku kabarin kalo aku udah perjalanan pulang. Bye Na, titip mas mu ya..."

"Mas ku apa mas mu nih.... Haha baik baik Sar. Bye..."

"Jaga diri Sar. Aku tunggu kabarnya."

"Oke Mas. Siap. Aku tutup ya... Daaaah."

Ya begitulah kami, mas Yoga dan Sarah resmi jadian pas ultah mas Yoga lalu. Mereka terlihat serasi. Aku seneng. Karena aku gak merasa kehilangan mas Yoga. Malah Sarah jadi makin perhatian juga ke aku.

Kami tetap jalan berempat.
Hanya seiring kesibukan mas Yoga mengurus pabriknya, aku jadi lebih sering bersama mas Attar.
Sebetulnya aku sudah lancar mengendarai mobil. Tapi selalu saja mas Yoga banyak alasan untuk melarang. Dan mas Attar selalu saja ada waktu dan bersedia temani aku.

"Na, kamu berangkat sama aku, tapi nanti yang jemput Attar ya. Katanya kamu mau ke gramed kan?"

"Iya. Sarah jadi pulang besok Mas?"

"Iya. Landing sore jam limaan. Mau ikut jemput? Kita langsung dari pabrik aja besok."

"Boleh. Emang papa mamanya gak ikut pulang?"

"Ikut. Mereka udah tau aku yang jemput."

"Acieee...udah dapet lampu ijo nih... Bagus deh. Daripada aku, satpamnya galak."

"Curhat nih... Kamu gak peka ya ternyata, apa pura pura gak ngerasa?"

"Maksudnya? Ngerasa apa peka in apa sih?"

"Kalo belum bisa ngerasa berarti kamu masih bocah, belum ngerti apa itu cinta. Udah ayo jalan. Sana siap siap gak pake lama."

Sejak mas Yoga dan Sarah jadian, sering mas Yoga bilang kata kata seperti itu. Tapi aku benar benar belum paham apa maksudnya. Kalau aku tanya Sarah, pasti dia hanya senyum senyum saja.

terima kasih nafas ku     (selesai)  ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang